Senin, 24 Maret 2014

Demo, ngapain sih ?

Kita pasti tahu demo itu apa. Aksi demonstrasi yang sering di lakukan Mahasiswa, Buruh, Aktivis, dan sebagainya. Apa itu demonstrasi ? Untuk apa mereka melakukan aksi demonstrasi ? Untungnya apa sih buat kita ? Segala pertanyaan tentu akan menghujani otak kita ketika kata demonstrasi itu muncul. Saya akan coba sedikit ulas. Ini berdasarkan pengalaman pribadi dan tentang masa lalu Indonesia yang tidak pernah lepas dari demonstrasi.

Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), demonstrasi adalah sebuah aksi protes yang di lakukan secara massal. Dari pengertian diatas, ada kata Protes dan Massal yang saya tebali. Protes berarti ada yang mereka tidak setujui. Dan massal berarti tidak hanya satu orang saja yang melakukan aksi protes. Biasanya aksi protes itu ditujukan untuk lembaga pemerintahan.

Demokrasi dan demonstrasi merupakan dua hal yang tidak bisa di lepaskan. Demonstrasi timbul karena adanya demokrasi. Tidak yakin ketika Indonesia masih di pimpin rezim otoriter, aksi demonstrasi ada. Kebebasan kita di renggut oleh beberapa oknum. Dan syukur ketika demokrasi ini dipilih negara kita sebagai sistem baru, artinya kita bisa untuk memberikan aspirasi kita.

Dan INDONESIA mengakui demonstrasi sebagai sesuatu yang LEGAL. Karena ada dan tertulis di UU Nomor 9 Tahun 1998. Meskipun namanya bukan demonstrasi, tetapi menyampaikan pendapat di muka umum. Inilah esensi terpenting dari demokrasi, kedaulatan rakyat. Demokrasi, demos dan kratos. Silahkan cari sendiri artinya. Yang pasti demokrasi menjunjung tinggi hak rakyat.

Karena aksi ini biasanya dilakukan dengan menggunakan massa yang banyak, resiko chaos pun membesar. Tak munafik, setiap demonstrasi, resiko itu selalu muncul. Tetapi ingat, demonstrasi bukan berarti kekacauan. Karena yang hadir sangat banyak, provokator pun ada dan akan selalu ada. Maka dari itu, kita selalu hati-hati dengan provokasi dari provokator.

Lalu apa esensi dari demonstrasi ? Hanya untuk mencari sensasi ? Untuk menyampaikan aspirasi ? Atau apa ?

Kalau saya ditanya, apa esensi demonstrasi, jelas sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah atau penguasa dan untuk ajang mengeluarkan pendapat. Jujur, saya 2X terlibat aksi demonstrasi selama 20 tahun hidup saya. Baru 20 tahun saya hidup soalnya. Mungkin di tahun-tahun selanjutnya saya masih ikut demonstrasi ketika saya merasa kebijakan penguasa tidak pro rakyat.

Pertama saya lakukan ketika menolak kebijakan pemerintah dalam hal kenaikan BBM. Yang saya dan kawan-kawan mahasiswa bela adalah hak rakyat kecil yang mereka tidak mampu beli BBm dengan harga mahal. Apa kita salah membela hak mereka ? Apa kita harus berdiam diri dan membiarkan penguasa menaikkan harga dan membuat rakyat kita mencekik kesakitan karena mahalnya harga BBM. Mungkin bagi beberapa orang, harga BBM naik itu biasa. Tapi lihat bagaimana rakyat kecil yang butuh hidup dan butuh BBM ? Mereka tidak layak dapat BBM ? Mereka menyusahkan ? Silahkan renungkan jika kalian menjadi rakyat miskin yang kehidupannya serba kekurangan. Di suatu saat kalian butuh BBM tapi kalian tak mampu beli BBM. Jangan berdiri sebagai rakyat yang kaya terus, bung.

Yang kedua saya lakukan ketika ikut aksi demonstrasi di kampus tercinta, Universitas Brawijaya. Universitas tempat dimana Alm Munir belajar. Aktivis HAM yang hidup untuk membela rakyat. Tempat dimana beliau mendapat ilmu dan sekarang tempat itu menjadi sarang penguasa mengeruk keuntungan. Mungkin jika Alm Munir masih hidup, UB akan jadi tempat beliau mengabdi dan membersihkan kampus biru ini.

Aksi kita menolak nominal UKT yang dirasa sangat mencekik mahasiswa baru. Iya, MAHASISWA BARU. Yang kita bela mahasiswa baru angkatan 2013. Lalu kita ngapain ikut ? Padahal kita angkatan 2012 ke atas. Kita manusia sosial, bukan manusia yang hiduo dengan benda mati. Kita harus mengerti bagaimana perasaan manusia bukan perasaan benda mati. Nominal yang sangat mencekik. Kita hanya menginginkan penjelasan dan dasar perhitungan yang dilakukan kampus. Karena kawan-kawan sudah punya perhitungan dan nominalnya jauh di bawah perhitungan kampus. Kita lakukan itu karena ada beberapa fakultas yang nominal angkanya turun.

Kita berdiri di depan rekotrat kampus menunggu kedatangan yang mulia, tapi tak pernah datang. Kita hanya ditemui oleh “anak buahnya” dan menjelaskan yang normatif. We don’t need, sir. Sampai sekarang kasus ini seakan mati, hilang ditelan bumi.

Silahkan simpulkan sendiri dari cerita saya mengenai aksi demonstrasi di atas.

Lalu apakah demonstrasi penting ? Kita tidak ingat kejadian tahun 1998 ? Saat itu saya masih umur 5 tahun. Aksi yang membuat berakhirnya rezim otoriter. Pintu gerbang awal dibukanya kehidupan yang baru yang dinamakan demokrasi. Tanpa aksi tersebut, kita tidak akan bisa bebas memilih partai dan presiden. Kita tidak akan bisa “curhat” di medsos dan mengkritik pemerintahan. Siapa yang menggulingkan ? MAHASISWA dan Rakyat Indonesia. Caranya ? DEMONSTRASI. Kejadian Trisakti menjadi saksi bisu perjuangan kawan-kawan saya.

Yang tidak bolah adalah aksi demonstrasi yang berujung kekerasan. Dan semua sudah di atur secara rapi oleh pemerintah dalam UU yang tadi saya sebutkan. Tinggal bagaimana kita mengaplikasikan UU itu saja. Kita diberikan hak untuk melakukan itu dan konstitusi kita pun menghalalkan itu. Lalu kenapa kita harus mengharamkan demonstrasi kalau tujuannya baik ? Yang perlu disoroti adalah kepentingan yang dibawa adalah kepentingan bersama alias rakyat. Dilarang membawa kepentingan kelompok tertentu.

Mahasiswa tugasnya bukan hanya mencerdaskan diri sendiri. Kita harus bisa berguna bagi masyarakat sekitar. Dan sebisa mungkin, kita yang jauh lebih beruntung ini bisa membantu mereka. Rakyat kecil yang tak mampu mendapatkan kesempatan untuk belajar setinggi kita. Untuk apa belajar demi diri sendiri jika tidak di bagi ke kawan-kawan yang tidak beruntung. Sesuai dengan Tri Dharma Pendidikan Perguruan Tinggi yang menjadi acuan mahasiswa. Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat. Kata yang saya bold menunjukkan bahwa pendidikan kita juag menyangkut dalam hal mengabdi terhadap masyarakat. Bagaimana kita bisa kita mengabdi ke masyarakat kalau kita tidak mau membantu memperjuangkan suara dan hak mereka. Mereka hanya butuh hidup dan tenang. Mereka tidak butuh gadget mahal seperti mahasiswa kebanyakan. Mereka tak butuh mobil yang ada stiker nya “The Real Men Use Three Pedals”. Mereka juga tak butuh lihat Theater JKT48. Hanya butuh hak-hak mereka yang semua tercantum dalam UUD Pasal 28 dilaksanakan pemerintah. Itu saja. Tidak lebih. Mereka pasti punya keinginan untuk mendapatkan mobil atau barang mahal lainnya. Tapi bukan itu tujuan utama mereka. “Bisa makan saja saya sudah senang, mas” kata pemulung di daerah saya ketika saya tanya apakah ibu butuh HP atau tidak. Mereka ingin tapi bukan yang dibutuhkan sekarang.

Memang tak mudah menjadi manusia atau mahasiswa yang memiliki jiwa-jiwa sosial. Jiwa-jiwa yang peka akan kesulitan orang lain. Jiwa yang mengerti kebutuhan orang lain. Jiwa yang mau menyuarakan keinginan bersama. Keinginan rakyat kecil yang mau haknya di penuhi. Jiwa yang mau menggerakkan seluruh anggotaa badannya untuk bergerak membantu rakyat kecil. Mahasiswa bisa apa sih. Untuk makan sehari-hari di kos saja kita hemat. Kecuali bagi yang serba berlebihan. Untuk sekedar membantu mereka untuk menjadi “corong” saja enggan. Dan seakan “menghina” yang kawan-kawan saya lakukan.

Mungkin mereka yang menghina, hatinya sudah kaku dan dibutakan oleh kekayaan yang mereka dapatkan selama ini. Perut mereka biarkan kenyang dan membiarkan perut orang lain kelaparan. Kendaraan mereka biarkan punya banyak bensin dan membiarkan kompor orang lain tak mengebul. Dari lubuk hati yang paling dalam, cukup biarkan aktivitas kawan-kawan mahasiswa atau siapapun yang berdemo dengan mengatasnamakan rakyat dan demi kepentingan rakyat yang SESUAI DENGAN KONSTITUSI. Jangan mencela dan menghina bahkan menghardik usaha kawan-kawan. Tegur mereka jika mengganggu kalian. Kalian punya hak juga, kawan. Mari kita bangun INDONESIA menjadi negara yang lebih maju dan makmur. Jangan biarkan INDONESIA di ambil oleh tangan-tangan otoriter.

Artikel ini di bikin tanpa tendensius apapun. Semoga berkenan di hati kawan-kawan sekalian. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang salah dan kurang berkenan.


HIDUP MAHASISWA HIDUP RAKYAT INDONESIA

0 komentar:

Posting Komentar