Ada kabar gembira menjelang 2015 berakhir. Bukan
tentang JKT48 yang menang award di
salah satu stasiun TV. Ya karena itu sudah biasa terjadi. Hmm, konspirasi. Tapi
dari PKS. Ya, Partai Keadilan Sosial.
Menjelang 2015 bebas tugas, PKS mengumumkan ke
Presiden Jokowi, bahwa ia tetap dalam koalisi merah putih (KMP). Yang artinya,
PKS masih tetap istiqomah di jalur oposisi. Sebuah berita bagus bagi Indonesia.
Saya, sebagai masyarakat Indonesia sangat mendukung
keputusan PKS untuk istiqomah sebagai oposisi. Saya tak asal-asalan. Saya
memiliki alasan kenapa saya bahagia PKS masih istiqomah sebagai oposisi.
PKS adalah oposisi sejati. Kenapa? Mari tarik ke
belakang. Ketika PKS masuk ke koalisi pemerintahan, di bawah Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, PKS bertindak layaknya oposisi dan menentang kebijakan pemerintah.
Apa ini aneh? Awalnya saya berfikir begitu. PKS yang
bertindak bertabrakan dengan keputusan pemerintah, padahal mereka adalah
koalisi pemerintahan, dan ini sebuah keanehan. Bukankah seharusnya koalisi
pemerintahan, selalu patuh dan mengikuti semua yang diputuskan koalisi? Ya,
biasanya memang seperti itu.
Tapi kali ini PKS benar. Hmm, mereka selalu benar.
Ketika ada anggota dewan dari PKS yang melihat video porno pun, mereka selalu
melakukan pembenaran. Ah, itu cuma kecelekaan.
Oke mari fokus. PKS adalah partai revolusi yang lahir
pasca reformasi. Tentu di dalam diri PKS, hasrat untuk reformasi birokrasi
sangatlah kuat. Dan itu dimulai ketika mereka berada di koalisi pemerintahan.
Ketika biasanya partai koalisi pemerintah nurut apa
kata pemerintah, kali ini mereka mencoba merubah tradisi itu dan menjadi
oposisi. Apa itu sah? Sah-sah saja. Tak ada yang salah dalam politik. Bukan
begitu, Pak Setya Novanto?
Jadi, kalau ada yang bilang PDI-P adalah partai
oposisi paling istiqomah, saya meyakini bahwa PDI-P kalah istiqomah
dibandingkan PKS.
Selain itu, alasan lain kenapa saya senang PKS masih
di koalisi merah putih adalah saya masih ingin melihat dan mendengar staetment cerdas ala kader PKS seperti
Fahri Hamzah, disaat membela koalisi merah putih. Saya sudah bosan mendengar
suara Ruhut dan masih ingin mendengar suara syahdu Fahri Hamzah.
Seperti statement
cerdas Fahri Hamzah saat membela Setya Novanto terkait papa minta saham. Saat itu,
ia mengatakan bahwa kasus papa minta saham merugikan DPR. Saya sangat setuju.
DPR adalah lembaga paling mulia. Fakta bahwa banyaknya kasus yang menimpa
anggota dewan, tak mampu mengurangi kemegahan dan kemuliaan DPR.
Kembali, saya
bersyukur bahwa PKS masih ada di jalur oposisi. Saya masih ingin tertawa
melihat ulah kader ataupun simpatisan PKS dan netizen yang membenci PKS.
Istilah Sapi dan kecebong tak akan lahir kalau PKS tak berada di pihak oposisi.
Bagi saya, dagelan macam itu mampu sedikit membuat saya tertawa dan
mengendurkan urat-urat saya yang mulai kaku akibat terlalu lama mengerjakan
skripsi.
Jadi, tak ada alasan lagi bagi kita untuk tak
bersyukur PKS masih ada di jalur oposisi, bukan?
pasang judi bola dengan presentase kemenangan tertinggi
BalasHapusSeperti statement cerdas Fahri Hamzah saat membela Setya Novanto terkait papa minta saham