Kita
pasti tahu demo itu apa. Aksi demonstrasi yang sering di lakukan Mahasiswa,
Buruh, Aktivis, dan sebagainya. Apa itu demonstrasi ? Untuk apa mereka
melakukan aksi demonstrasi ? Untungnya apa sih buat kita ? Segala pertanyaan
tentu akan menghujani otak kita ketika kata demonstrasi itu muncul. Saya akan
coba sedikit ulas. Ini berdasarkan pengalaman pribadi dan tentang masa lalu
Indonesia yang tidak pernah lepas dari demonstrasi.
Berdasarkan
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), demonstrasi adalah sebuah aksi protes yang di lakukan secara massal. Dari pengertian diatas, ada
kata Protes dan Massal yang saya tebali. Protes berarti ada yang mereka tidak
setujui. Dan massal berarti tidak hanya satu orang saja yang melakukan aksi
protes. Biasanya aksi protes itu ditujukan untuk lembaga pemerintahan.
Demokrasi
dan demonstrasi merupakan dua hal yang tidak bisa di lepaskan. Demonstrasi timbul
karena adanya demokrasi. Tidak yakin ketika Indonesia masih di pimpin rezim
otoriter, aksi demonstrasi ada. Kebebasan kita di renggut oleh beberapa oknum. Dan
syukur ketika demokrasi ini dipilih negara kita sebagai sistem baru, artinya
kita bisa untuk memberikan aspirasi kita.
Dan
INDONESIA mengakui demonstrasi sebagai sesuatu yang LEGAL. Karena ada dan
tertulis di UU Nomor 9 Tahun 1998. Meskipun namanya bukan demonstrasi, tetapi
menyampaikan pendapat di muka umum. Inilah esensi terpenting dari demokrasi,
kedaulatan rakyat. Demokrasi, demos dan kratos. Silahkan cari sendiri artinya. Yang
pasti demokrasi menjunjung tinggi hak rakyat.
Karena
aksi ini biasanya dilakukan dengan menggunakan massa yang banyak, resiko chaos pun membesar. Tak munafik, setiap
demonstrasi, resiko itu selalu muncul. Tetapi ingat, demonstrasi bukan berarti
kekacauan. Karena yang hadir sangat banyak, provokator pun ada dan akan selalu
ada. Maka dari itu, kita selalu hati-hati dengan provokasi dari provokator.
Lalu
apa esensi dari demonstrasi ? Hanya untuk mencari sensasi ? Untuk menyampaikan
aspirasi ? Atau apa ?
Kalau
saya ditanya, apa esensi demonstrasi, jelas sebagai bentuk protes terhadap
kebijakan pemerintah atau penguasa dan untuk ajang mengeluarkan pendapat. Jujur,
saya 2X terlibat aksi demonstrasi selama 20 tahun hidup saya. Baru 20 tahun
saya hidup soalnya. Mungkin di tahun-tahun selanjutnya saya masih ikut
demonstrasi ketika saya merasa kebijakan penguasa tidak pro rakyat.
Pertama
saya lakukan ketika menolak kebijakan pemerintah dalam hal kenaikan BBM. Yang saya
dan kawan-kawan mahasiswa bela adalah hak rakyat kecil yang mereka tidak mampu
beli BBm dengan harga mahal. Apa kita salah membela hak mereka ? Apa kita harus
berdiam diri dan membiarkan penguasa menaikkan harga dan membuat rakyat kita
mencekik kesakitan karena mahalnya harga BBM. Mungkin bagi beberapa orang,
harga BBM naik itu biasa. Tapi lihat bagaimana rakyat kecil yang butuh hidup
dan butuh BBM ? Mereka tidak layak dapat BBM ? Mereka menyusahkan ? Silahkan
renungkan jika kalian menjadi rakyat miskin yang kehidupannya serba kekurangan.
Di suatu saat kalian butuh BBM tapi kalian tak mampu beli BBM. Jangan berdiri
sebagai rakyat yang kaya terus, bung.
Yang
kedua saya lakukan ketika ikut aksi demonstrasi di kampus tercinta, Universitas
Brawijaya. Universitas tempat dimana Alm Munir belajar. Aktivis HAM yang hidup
untuk membela rakyat. Tempat dimana beliau mendapat ilmu dan sekarang tempat
itu menjadi sarang penguasa mengeruk keuntungan. Mungkin jika Alm Munir masih
hidup, UB akan jadi tempat beliau mengabdi dan membersihkan kampus biru ini.
Aksi
kita menolak nominal UKT yang dirasa sangat mencekik mahasiswa baru. Iya, MAHASISWA BARU. Yang kita bela
mahasiswa baru angkatan 2013. Lalu kita ngapain ikut ? Padahal kita angkatan
2012 ke atas. Kita manusia sosial, bukan manusia yang hiduo dengan benda mati. Kita
harus mengerti bagaimana perasaan manusia bukan perasaan benda mati. Nominal yang
sangat mencekik. Kita hanya menginginkan penjelasan dan dasar perhitungan yang
dilakukan kampus. Karena kawan-kawan sudah punya perhitungan dan nominalnya
jauh di bawah perhitungan kampus. Kita lakukan itu karena ada beberapa fakultas
yang nominal angkanya turun.
Kita
berdiri di depan rekotrat kampus menunggu kedatangan yang mulia, tapi tak
pernah datang. Kita hanya ditemui oleh “anak buahnya” dan menjelaskan yang
normatif. We don’t need, sir. Sampai sekarang kasus ini seakan mati, hilang
ditelan bumi.
Silahkan
simpulkan sendiri dari cerita saya mengenai aksi demonstrasi di atas.
Lalu
apakah demonstrasi penting ? Kita tidak ingat kejadian tahun 1998 ? Saat itu
saya masih umur 5 tahun. Aksi yang membuat berakhirnya rezim otoriter. Pintu gerbang
awal dibukanya kehidupan yang baru yang dinamakan demokrasi. Tanpa aksi
tersebut, kita tidak akan bisa bebas memilih partai dan presiden. Kita tidak
akan bisa “curhat” di medsos dan mengkritik pemerintahan. Siapa yang
menggulingkan ? MAHASISWA dan Rakyat Indonesia. Caranya ? DEMONSTRASI. Kejadian
Trisakti menjadi saksi bisu perjuangan kawan-kawan saya.
Yang
tidak bolah adalah aksi demonstrasi yang berujung kekerasan. Dan semua sudah di
atur secara rapi oleh pemerintah dalam UU yang tadi saya sebutkan. Tinggal bagaimana
kita mengaplikasikan UU itu saja. Kita diberikan hak untuk melakukan itu dan
konstitusi kita pun menghalalkan itu. Lalu kenapa kita harus mengharamkan
demonstrasi kalau tujuannya baik ? Yang perlu disoroti adalah kepentingan yang
dibawa adalah kepentingan bersama alias rakyat. Dilarang membawa kepentingan
kelompok tertentu.
Mahasiswa
tugasnya bukan hanya mencerdaskan diri sendiri. Kita harus bisa berguna bagi
masyarakat sekitar. Dan sebisa mungkin, kita yang jauh lebih beruntung ini bisa
membantu mereka. Rakyat kecil yang tak mampu mendapatkan kesempatan untuk
belajar setinggi kita. Untuk apa belajar demi diri sendiri jika tidak di bagi
ke kawan-kawan yang tidak beruntung. Sesuai dengan Tri Dharma Pendidikan
Perguruan Tinggi yang menjadi acuan mahasiswa. Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat. Kata yang saya
bold menunjukkan bahwa pendidikan kita juag menyangkut dalam hal mengabdi
terhadap masyarakat. Bagaimana kita bisa kita mengabdi ke masyarakat kalau kita
tidak mau membantu memperjuangkan suara dan hak mereka. Mereka hanya butuh
hidup dan tenang. Mereka tidak butuh gadget mahal seperti mahasiswa kebanyakan.
Mereka tak butuh mobil yang ada stiker nya “The Real Men Use Three Pedals”.
Mereka juga tak butuh lihat Theater JKT48. Hanya butuh hak-hak mereka yang semua
tercantum dalam UUD Pasal 28 dilaksanakan pemerintah. Itu saja. Tidak lebih. Mereka
pasti punya keinginan untuk mendapatkan mobil atau barang mahal lainnya. Tapi bukan
itu tujuan utama mereka. “Bisa makan saja saya sudah senang, mas” kata pemulung
di daerah saya ketika saya tanya apakah ibu butuh HP atau tidak. Mereka ingin
tapi bukan yang dibutuhkan sekarang.
Memang
tak mudah menjadi manusia atau mahasiswa yang memiliki jiwa-jiwa sosial.
Jiwa-jiwa yang peka akan kesulitan orang lain. Jiwa yang mengerti kebutuhan
orang lain. Jiwa yang mau menyuarakan keinginan bersama. Keinginan rakyat kecil
yang mau haknya di penuhi. Jiwa yang mau menggerakkan seluruh anggotaa badannya
untuk bergerak membantu rakyat kecil. Mahasiswa bisa apa sih. Untuk makan
sehari-hari di kos saja kita hemat. Kecuali bagi yang serba berlebihan. Untuk sekedar
membantu mereka untuk menjadi “corong” saja enggan. Dan seakan “menghina” yang
kawan-kawan saya lakukan.
Mungkin
mereka yang menghina, hatinya sudah kaku dan dibutakan oleh kekayaan yang
mereka dapatkan selama ini. Perut mereka biarkan kenyang dan membiarkan perut
orang lain kelaparan. Kendaraan mereka biarkan punya banyak bensin dan
membiarkan kompor orang lain tak mengebul. Dari lubuk hati yang paling dalam,
cukup biarkan aktivitas kawan-kawan mahasiswa atau siapapun yang berdemo dengan
mengatasnamakan rakyat dan demi kepentingan rakyat yang SESUAI DENGAN KONSTITUSI. Jangan mencela dan menghina bahkan
menghardik usaha kawan-kawan. Tegur mereka jika mengganggu kalian. Kalian punya
hak juga, kawan. Mari kita bangun INDONESIA menjadi negara yang lebih maju dan
makmur. Jangan biarkan INDONESIA di ambil oleh tangan-tangan otoriter.
Artikel
ini di bikin tanpa tendensius apapun. Semoga berkenan di hati kawan-kawan
sekalian. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang salah dan kurang berkenan.
HIDUP
MAHASISWA HIDUP RAKYAT INDONESIA