Tidak ada sesuatu yang instan. Seekor kupu-kupu
membutuhkan waktu sebulan lebih untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Proses
menjadi kupu-kupu di namakan proses metamorfosis. Dimulai dengan telur yang
menempel di daun inangnya dengan waktu sekitar 7 hari. Telur menetas menjadi
sebuah larva (bukan kartun larva) berumur sekitar 14-20 hari dan berganti kulit
selama 4-5 hari. Dari larva, berubah menjadi sebuah kepompong yang sama sekali
tidak makan selama 14-16 hari. Sebelum akhirnya kepompong tersebut mengeluarkan
seekor kupu-kupu yang cantik.
Butuh waktu yang lama bukan. Bahkan, proses
metamorfosisi mengharuskan makhluk hidup yang satu ini untuk berpuasa selama
14-16 hari full. Mungkin lebih berat dibandingkan puasa manusia yang hanya 12
jam setiap harinya. Berat ? Memang. Pepatah jawa mengatakan, Onok rego onok rupo (ada harga, maka ada
bentuk). Maksudnya, semakin mahal harga, maka semakin bagus barang yang dijual.
Proses seorang “kupu-kupu” tidaklah mudah. Ia harus
banting tulang dan mungkin keringat yang mengucur deras ketika latihan dan
ketika show, kalau dikumpulkan bisa untuk memberikan rasa asin dalam semangkok
kolak. Ya, usaha yang di keluarkan tidak lah mudah.
Berkat si kupu-kupu, saya dipertemukan dengan
teman-teman yang selama ini tidak pernah sekalipun ada di dalam benak saya. Tak
ada yang lebih bahagia dibanding bertemu dengan seorang teman baru. Artinya,
ada tinta baru yang mengisi setiap lembaran hidup saya. Dan itu berkat si
kupu-kupu. Untungnya, sampai saat ini tidak ada keinginan untuk menghapus
segala kenangan dan tinta yang terlanjur mengisi lembaran hidup saya. Biarkan ini
menjadi sebuah kenangan dan bisa menjadi sebuah catatan perjalanan.
Kalau ada yang bilang, si kupu-kupu meninggalkan
sarangnya dalam keadaan tercabik-cabik, saya rasa malah sebaliknya. Ia
meninggalkan zona nyamannya dengan kepala tegak. Tak mudah bagi setiap orang
untuk bisa pergi meninggalkan zona nyaman. Begitupun saya yang masih belum bisa
beranjak dari zona nyaman. Tak akan ada alasan bagi kami untuk merendahkan si
kupu-kupu hanya karena ia punya satu kesalahan (mungkin bagi sebagian orang itu
sebuah kesalahan). Ya, mungkin ini subjektif. Tapi memang sejuta kebaikan akan
hilang dengan satu kesalahan. Benar kan.
Sang Kupu-kupu telah memutuskan untuk meninggalkan
sarangnya. Sarang yang selama ini menempa dia menjadi sebuah kupu-kupu yang
cantik, kuat, dan dicintai banyak orang. Sarang yang juga dihuni banyak orang
yang lain. Sarang yang bisa membuat ia tampak bersinar dibandingkan yang
lainnya. Setidaknya bagi saya dan teman-teman. Sarang yang mampu memberikan ia
kesempatan untuk lebih dikenal banyak orang. Sarang yang mampu memberikan
sejuta kenangan.
Sang kupu-kupu lah alasan bagi saya dan sebagian
teman-teman saya harus merelakan waktunya. Sang kupu-kupu lah alasan bagi saya
dan yang lain mengeluarkan keringat lebih banyak dibanding orang lain. Sang kupu-kupu
lah alasan saya untuk berlarian mengejar kereta, berlarian mengejar bis, dan
busway. Sang kupu-kupu lah alasan saya belajar untuk lebih menghargai usaha
orang sebelum memberikan penilaian. Sang kupu-kupu lah yang memberikan saya
pelajaran, bahwa tidak ada yang instan dalam sebuah kehidupan.
Sang kupu-kupu ini dulunya hanya sebuah kepompong yang
belum bisa memberikan apapun untuk kami dan semua yang menunggu kehadirannya. Sang
kupu-kupu ini dulunya hanya sebuah ulat yang belum tahu rasanya menjadi sebuah
bintang. Sang kupu-kupu ini yang dulunya hanya sebiah larva yang belum bisa
apapun. Dan kini, ia telah berubah menjadi kupu-kupu.
Menjadi kupu-kupu yang bebas. Sang kupu-kupu telah
terbang jauh dan bahkan ia juga ingin melintasi batas wilayah. Hal yang selama
ini susah untuk dilakukan ketika masih ada di dalam sangkar. Kini, sang
kupu-kupu bisa merasakan indahnya malam dan mengamati munculnya bulan purnama. Hal
yang hampir mustahil untuk ia lakukan. Kini, sang kupu-kupu bisa bebas
mendekati pejantan yang mungkin ia idam-idamkan. Hal yang tabu ketika ia masih
ada di dalam sangkar. Mungkin ia lupa rasanya jatuh cinta itu seperti apa.
Dan kini, kami yang selama ini ada di belakangmu, yang
selama ini memberikan seluruh dukungan hanya untukmu, dan kami yang selama ini
memberikan kritikan pedas dan saran hanya untukmu harus bersiap memberikan
karpet merah tanda penghormatan untukmu. Untukmu yang selama ini menjadi bagian
hidup kami. Untukmu yang telah mempertemukan kami menjadi sebuah keluarga
dengan berbagai entitas. Untukmu yang telah menggoreskan tinta perjuangan dalam
buku perjalanan kami.
Maafkan kami yang tidak bisa memberikanmu hadiah yang
indah di akhir perjalananmu. Maafkan kami yang memberikanmu sebuah luka yang
mungkin sampai saat ini kita semua belum bisa menghapusnya. Maafkan kami yang
tidak bisa memberikan sebuah puncak tertinggi yang selama ini kita semua
impikan. Maafkan kami kalau kami selama ini terlalu keras. Maafkan kami tidak
bisa membuatmu tersenyum di atas panggung yang selama ini kita semua inginkan. Maafkan
kami, karena kami tidak bisa memberikan kenangan yang ondah di akhir
perjalananmu.
Ini baru awal dari perjalanan mu, kupu-kupu.
Tetaplah menjadi kupu-kupu yang selama ini kami
impikan. Tetaplah menjadi kupu-kupu yang cantik, menarik, dan bawel. Tetaplah menjadi
kupu-kupu yang memiliki keinginan untuk menjadi yang terbaik. Dan Tetaplah
Terbang Tinggi, Kupu-Kupu ku.
Sebuah tulisan
perpisahan untuk Tata. Semoga kau menjadi lebih dewasa dibanding sebelumnya, my
butterfly.