Ultras Mania Gresik

Kita pernah juara. Gresik pernah juara. Dan sekarang "KAMI RINDU JUARA" Liga Indonesia

Roma Club Indonesia

Kami ada. Kami berpesta. Kami bersatu. Hanya untuk satu kebanggaan, AS ROMA

AS ROMA

LA ROMA NON SI DISCUTE SI AMA

Fan Fiction

Cerita fiksi untuk meluapkan ekspresi jiwa. Tentang hiburan, luapan perasaan, dan pengorbanan.

48 Family

The power of Idol. Idol can't make you horny, just can make you proud with them. Kita pecinta idol sebagaimana kita mencintai sepakbola.

Jumat, 04 Juli 2014

Ratu Terindahku

Senja mulai berganti malam. Saat itu pula dingin mulai menyapa. Sapaan sang dingin begitu terasa sampai menusuk tulang lunak di lubuk hati. Sebatang rokok surya menemani kesendirian ku. Sekedar untuk menghangatkan tubuh yang mulai menggigil.
Benar kata orang, saat rindu tubuh seakan menjadi dingin menggigil. Otak seperti memberikan pesan ke seluruh organ tubuh yang lain agar menangkis semua udara panas yang ingin masuk ke tubuh.
Sejatinya, aku tak sendiri. Ada sejuta kenangan yang selalu menemani. Kenangan yang menjadi obat penawar luka sekaligus menjadi garam penambah rasa perih di luka. Bak pisau bermata dua, kenangan itu hadir dan muncul seakan-akan dia enggan untuk memilih menjadi obat penawar luka. Kenangan yang sejatinya menjadikan hidup menjadi lebih indah. Malah menjadikan hidupku menjadi lebih buruk dari yang di bayangkan.
Namaku Heru. Jangan tanya umur. Bagiku, umur tidak lah penting. Tetapi jadi sebuah petaka bagi siapa saja yang memaksaku untuk menjawab berapa umurku. Kawat gigi yang di pakai di gigi pun bisa ku pindah ke mata kalau ada yang berani tanya umur. Sensitif kayak cewek yang lagi dapat tamu yang tak di undang. Bukan tamu dari petugas bank yang mau nagih duit kartu kredit. Tamu yang ini lebih kejam dari itu. Bisa bikin tingkat kemarahan cewek naik seratus kali lipat. Bahaya tingkat dewa.
Tapi memang jangan tanya berapa umurku. Kalau tak mau lesung pipimu jadi cembung.
Mungkin bagi Pak Mario Teguh, hidup itu semudah membalikkan telapak tangan. Tapi bagi saya, tak semudah itu. Bagi saya, hidup itu seperti membalikkan kaki gajah. Meskipun tak selamanya hidup itu kita persulit sendiri.
Dan cinta, bagi saya adalah sebuah anugerah. Tapi itu dulu. Iya sebelum aku merasakan bahwa cinta memiliki 2 fungsi. Menyejukkan dan mematikan. Tergantung siapa yang kita ajak bercinta. Beruntung ketika kita mencintai cewek yang bisa mengerti kita apa adanya. Bukan meminta semau dia dan harus ada pokoknya. Itu beda.
Dan 2 fungsi dari cinta itu sudah saya alami semuanya. Mematikan dan menyejukkan. Bahkan saya memunculkan teori baru. Bahwa fungsi cinta tak hanya itu. Tak hanya mematikan dan menyejukkan. Tetapi ada fungsi lain. Dan ini sudah saya buktikan sendiri. Tetapi saya belum menemukan nama yang pas untuk fungsi cinta ini.
Lebih dari menyejukkan. Iya, lebih dari ini. Dan ini saya rasakan ketika saya memberikan cinta saya teruntuk satu nama. Satu nama yang saya cinta. Namanya Ratu. Ratu Dini Fitria nama panjangnya. Dia adalah makhluk tuhan paling cantik yang pernah saya temui setelah nenek dan ibu saya. Kecantikannya bahkan melebihi Wulan Guritno ataupun Chelsea Islan.
Dengan wajah pribumi yang khas. Dengan bibir kecil tipis dan pipi yang chubby bak bakpo telo, betapa bahagianya saya memiliki cinta dari sang Ratu. Dan yang paling saya suka dari Ratu adalah sifatnya yang dewasa. Bukan sok dewasa layaknya artis cilik yang sedang merasakan cinta monyet. Tetapi Ratu ini beda. Dia bisa bersikap layaknya Ratu Elizabeth. Anggun sekali.
Teman-teman saya bahkan tidak ada yang percaya saya bisa merebut hati sang Ratu. Ya karena yang balapan ngejar si Ratu banyak. Mulai dari si Aldi yang punya sejuta pesona di dompetnya. Si Atra anak Bandung yang pintar. Lalu kenapa dia pilih saya ? Yang notabene tidak punya keunggulan apapun. Oh wait, katanya sih si Ratu suka cowok yang dewasa. It’s me. Really, it’s me.
Awal perkenalanku dengan Ratu ketika di mall. Secara tidak sengaja saya menabrak Ratu yang sedang belanja di pakaian cewek. Dan saya sedang jalan sama teman cewek saya. Teman cewek saya yang belagak cowok alias tomboy. Dan saya sedang berusaha mengembalikan teman saya ke titahnya sebagai cewek tulen alias biar gak tomboy lagi.
Setelah kejadian itu, secara tidak sengaja saya dan Ratu sering ketemu di mall yang sama. Bukan di toko yang sama sih. Dan saya beranikan diri untuk berkenalan dengan si Ratu. Dengan malu-malu, saya mulai ajak Ratu berkenalan. Jangan tanya ekspresi muka saya waktu itu. Merah maroon bagaikan warna jersey sepakbola AS Roma. Klub sepakbola terbaik di dunia akhirat.
“Eh, ini yang kemarin ketemu di FX bukan ? Kita pernah ketemu kan ?” Tanyaku ke si Ratu. Sok basa basi dan ga tau malu. Untung saya punya 2 sifat itu. Jadi bisa mudah kenal dengan siapapun, cowok cewek dan setengah cowok setengah cewek.
“Hmm, kita pernah ketemu kah ? Ratu lupa nih heheh.” Jawab Ratu sambil tertawa kecil. Aduh dek, abang ga kuat liat kamu ketawa. Tak makan nanti kamu dek. Tak kunyah bibirmu tak perkedel nanti. “Iya kita pernah kita di toko ***** (menyebutkan toko tertentu). Yang aku sama temen cewekku yang setengah cowok alias ga jelas itu lho.” Balasku dengan sedikit senyum. Sorry ya Yuv, aku bilang kamu ga jelas. Tapi memang sih, si Yuvi ga jelas cowok atau cewek. “Oh iya, Ratu ingat. Tapi agak-agak lupa juga sih. Aku Ratu, kak. Heheh.” “Oh, namanya Ratu ya. Kalau gitu, aku Raja ny deh. Biar seimbang alias cocok banget kan.” Celetuk ku dan di balas dengan ketawa nya si Ratu, kampreeet keceplosan, kataku dalam hati.
Disitu lah awal pertemuan laknat tapi asyik saya dengan si Ratu. Tak lupa saya minta pin bbm, nomer hp, id line, pokoknya biar saya bisa kenal lebih lanjut dengan si Ratu. Yang ternyata dia satu kampus dengan saya di *** (menyebutkan salah satu kampus negeri di jakarta).
Hubungan saya dengan si Ratu semakin akrab, kita sering jalan bareng ke kampus. Dia anak pertama dari dua bersaudara, dan adiknya cowok. Namanya Angga. Kata si Ratu, Angga anaknya baik meskipun sering minjem duit. Padahal uang jajannya udah banyak. Boros kata si Ratu.
Sampai akhirnya saya jadian dengan si Ratu. Bagaikan ketiban durian montong nan seksi yang jatuh dari pohon, senang rasanya. Ambil nyawaku tuhan ambil nyawaku, asal kau ambil nyawaku bersama si Ratu. Aku rela tuhan aku rela. Hidupku dengan su Ratu seperti perangko dan surat. Atau seperti bola dan sepatu bola. Hmm seperti mulut dengan gigi. Selalu bersama alias tidak bisa di pisahkan.

Lalu alarm berbunyi. Saya pun terbangun dari mimpi indah tersebut, “Oh, jadi itu Cuma mimpi. Sang Ratu yang saya inginkan ternyata Cuma ada di mimpi. Semoga mimpi itu segera terwujud di dunia nyata ataupun minimal, saya mimpi yang sama lah ya.”

Kamis, 03 Juli 2014

Akhirnya Memilih Jokowi

Hiruk pikuk Pilpres semakin terasa menjelang pemilihan. Beragam kampanye semakin masif di lancarkan kedua tim sukses. Baik itu kampanye positif, negatif, ataupun black campaign. Beragam fitnah yang keji semua terkena di kedua calon. Meskipun yang paling merasakan dampak buruk dari kampanye hitam ini adalah calon nomer 2, yakni pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.
Disini saya berusaha memberikan sedikit ulasan, mengapa saya menjatuhkan pilihan dan #AkhirnyaMemilihJokowi dibanding pasangan Prahara. Silahkan kalau di nilai subjektif, tetapi saya disini ingin memberikan “kampanye positif” dengan memberikan alasan, mengapa kalian semua yang belum memiliki pilihan, harus memilih Jokowi di banding yang lain. Tetapi mari kita lihat sisi lain. Bukan sisi Visi-Misi yang mungkin bagi kalian semua sifatnya normatif.
Koalisi Rakyat
Seperti yang di dengung-dengungkan, bahwa Jokowi akan menggunakan Koalisi kurus. Dengan hanya ada 5 partai yang mengusung Jokowi-JK. PDI-P, PKB, Hanura, Nasdem, dan PKPI. Bandingkan dengan pasangan nomer satu yang di usung banyak sekali partai. Saya tidak mau bahas partai sebelah.
Cuma mau mengingatkan, bahwa Presiden Indonesia memiliki mandat untuk memimpin rakyat Indonesia, bukan untuk memimpin partai koalisi. Presiden bertanggung jawab langsung kepada rakyat karena di pilih rakyat. Rakyat bisa langsung menyampaikan kritik kepada Presiden, karena memang Koalisi Rakyat yang di bangun. Jika Koalisi Partai yang selama ini di bangun, mereka (rakyat) terbentur oleh kekuatan partai yang membelenggu Presiden. Berbagai kepentingan yang di miliki partai, seringkali berseberangan dengan keinginan rakyat. Ketika partai yang berkoalisi sedikit, dan menang, maka kepentingan partai juga semakin sedikit. Kepentingam rakyat akan di dahulukan.
Koalisi transaksional yang selama ini membelenggu Indonesia. Efek buruknya adalah banyaknya pejabat pemerintah yang background nya partai, yang melakukan aksi korupsi. Korupsi Haji, Korupsi Al Qur’an, Korupsi Hambalang, dan berbagai kasus yang lain. Sudah muak kah kalian semua dengan ini ? Ini di karenakan adanya koalisi bagi-bagi kursi yang di jalankan partai. Lihat koalisi yang di bentuk oleh Jokowi. Koalisi ramping. Dan lihat ketika Jokowi memimpin Jakarta, yang memilih Lurah Susan karena hasil tes dan memberlakukan tes bagi pejabat di pemerintah daerah. Salah satu cara untuk mencari pejabat yang bersih.
Jadi, Koalisi mana yang kalian inginkan ? Saya jelas memilih Koalisi Rakyat !
Kerja Nyata
Selama 2 periode Jokowi memimpin Solo, dan setengah periode memimpin Jakarta, Jokowi sudah menunjukkan taringnya dan menghancurkan persepsi buruk tentangnya. Lihat bagaimana Tanah Abang bisa di tertibkan Jokowi. Jokowi di Solo, berhasil menertibkan PKL yang selama ini dirasa mengganggu.
Dan aksi blusukan yang selama ini bukan di anggap sebagai sebuah kerja, ternyata berhasil memberikan hasil. Karena Jokowi menertibkan PKL itu karena adanya blusukan turun ke rakyat. Beliau mendengar, melihat, beraksi. Bukan menyuruh anak buah nya turun ke jalan dan nanti anak buah nya memberikan laporan ke Jokowi. Potensi miss understanding jelas akan ada ketika bukan Jokowi sendiri yang turun. Dan blusukan ala Jokowi ini berfungsi untuk mendengar langsung.
Pencitraan ? Saya rasa tidak. Kenapa ? Karena sebenarnya blusukan Jokowi sudah ada sejak lama. Bahkan sejak sebelum pemberitaan media yang gencar menceritakan aksi blusukan. Aksi blusukan Jokowi bukan hanya di lakukan sekali dua kali. Ratusan kali saya menjamin sudah pernah beliau lakukan. Bahkan dulu, aksi blusukan tidak pernah sekalipun di ikuti oleh media. Baru ketika di Jakarta ini saja, media turun gunung dan ikut meliput Jokowi. Pencitraan ? Citra baik yang notabene di ciptakan oleh media itu sendiri. Bahkan, semua media pernah meliput aksi blusukan dari Jokowi. Meskipun media itu saat ini memusuhi Jokowi.
Di Cintai Rakyat
Lihat berapa banyak uang yang terkumpul dari donasi untuk kampanye Jokowi sampai hari ini ? Sudah milyar an rupiah terkumpul uangnya. Lihat betapa cinta nya masyarakat Indonesia dengan pak Jokowi. Sosok Jokowi yang humble, tidak arogan akhirnya mengakibatkan Pak Jokowi di cintai rakyat.
Dan besok, tanggal 5 Juli 2014, ada Konser Salam 2 Jari yang akan di adakan di Stadion Gelora Bung Karno yang akan di isi oleh puluhan artis. Puluhan artis ini adalah relawan yang dengan suka rela turun untuk memenangkan Jokowi. Mereka tidak di bayar. buakn seperti Maher Zein yang di undang tetapi tidak mau berkampanye untuk kubu sebelah. Tetapi artis ini datang dengan suka rela untuk mendukung dan memenangkan Jokowi. Sebagian besar dari mereka BUKAN anggota partai yang berkoalisi mengusung Jokowi. Mereka murni rakyat biasa, public figure yang mendukung Jokowi. Slank adalah contoh nyata. Merupakan band papan atas yang ikut memberikan ide nya dengan membuat lagu Salam 2 Jari untuk Jokowi. Tanpa di bayar sepeser pun. Ada lagi Yovie Widianto, Gita Gutawa, Ananda Omesh, Sherina Munaf, Cak Lontong, dan masih banyak yang lain artis pendukung Jokowi.
Dari kaum intelektual, ada Bpk Anies Baswedan yang merupakan rektor bukan anggota partai. Meskipun beliau pernah ikut Konvensi Partai Demokrat.
Masih ragu kamu memilih pemimpin yang di cintai rakyat ? Saya tidak. Saya #TegasMemilih2

Sejatinya, masih banyak lagi keunggulan Jokowi. Cuma daripada nanti di bilang Riya’ dan menkultuskan tuhan dan di anggap syirik karena terlalu memuji manusia, baiklah saya hentikan. Saya juga tidak mau terlalu menyudutkan kubu sebelah. Kubu sebelah yang saya sendiri belum punya satu pun alasan untuk memilih mereka. Selain immunity atau kebal dari hukum yang akan berguna bagi saya nantinya. Itu pun kalau saya tidak taat hukum. Tetapi saya dan para relawan Jokowi yang adalah taat hukum. Jadi, kebal dari hukum berasa tidak berguna.
Kalau bukam KITA, siapa lagi ? Kalau Bukan Sekarang #AkhirnyaMemilihJokowi , kapan lagi ?

Salam 2 Jari !