Jumat, 26 Juni 2015

Tetaplah Terbang Tinggi, Kupu-Kupu

Tidak ada sesuatu yang instan. Seekor kupu-kupu membutuhkan waktu sebulan lebih untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Proses menjadi kupu-kupu di namakan proses metamorfosis. Dimulai dengan telur yang menempel di daun inangnya dengan waktu sekitar 7 hari. Telur menetas menjadi sebuah larva (bukan kartun larva) berumur sekitar 14-20 hari dan berganti kulit selama 4-5 hari. Dari larva, berubah menjadi sebuah kepompong yang sama sekali tidak makan selama 14-16 hari. Sebelum akhirnya kepompong tersebut mengeluarkan seekor kupu-kupu yang cantik.
Butuh waktu yang lama bukan. Bahkan, proses metamorfosisi mengharuskan makhluk hidup yang satu ini untuk berpuasa selama 14-16 hari full. Mungkin lebih berat dibandingkan puasa manusia yang hanya 12 jam setiap harinya. Berat ? Memang. Pepatah jawa mengatakan, Onok rego onok rupo (ada harga, maka ada bentuk). Maksudnya, semakin mahal harga, maka semakin bagus barang yang dijual.
Proses seorang “kupu-kupu” tidaklah mudah. Ia harus banting tulang dan mungkin keringat yang mengucur deras ketika latihan dan ketika show, kalau dikumpulkan bisa untuk memberikan rasa asin dalam semangkok kolak. Ya, usaha yang di keluarkan tidak lah mudah.
Berkat si kupu-kupu, saya dipertemukan dengan teman-teman yang selama ini tidak pernah sekalipun ada di dalam benak saya. Tak ada yang lebih bahagia dibanding bertemu dengan seorang teman baru. Artinya, ada tinta baru yang mengisi setiap lembaran hidup saya. Dan itu berkat si kupu-kupu. Untungnya, sampai saat ini tidak ada keinginan untuk menghapus segala kenangan dan tinta yang terlanjur mengisi lembaran hidup saya. Biarkan ini menjadi sebuah kenangan dan bisa menjadi sebuah catatan perjalanan.
Kalau ada yang bilang, si kupu-kupu meninggalkan sarangnya dalam keadaan tercabik-cabik, saya rasa malah sebaliknya. Ia meninggalkan zona nyamannya dengan kepala tegak. Tak mudah bagi setiap orang untuk bisa pergi meninggalkan zona nyaman. Begitupun saya yang masih belum bisa beranjak dari zona nyaman. Tak akan ada alasan bagi kami untuk merendahkan si kupu-kupu hanya karena ia punya satu kesalahan (mungkin bagi sebagian orang itu sebuah kesalahan). Ya, mungkin ini subjektif. Tapi memang sejuta kebaikan akan hilang dengan satu kesalahan. Benar kan.
Sang Kupu-kupu telah memutuskan untuk meninggalkan sarangnya. Sarang yang selama ini menempa dia menjadi sebuah kupu-kupu yang cantik, kuat, dan dicintai banyak orang. Sarang yang juga dihuni banyak orang yang lain. Sarang yang bisa membuat ia tampak bersinar dibandingkan yang lainnya. Setidaknya bagi saya dan teman-teman. Sarang yang mampu memberikan ia kesempatan untuk lebih dikenal banyak orang. Sarang yang mampu memberikan sejuta kenangan.
Sang kupu-kupu lah alasan bagi saya dan sebagian teman-teman saya harus merelakan waktunya. Sang kupu-kupu lah alasan bagi saya dan yang lain mengeluarkan keringat lebih banyak dibanding orang lain. Sang kupu-kupu lah alasan saya untuk berlarian mengejar kereta, berlarian mengejar bis, dan busway. Sang kupu-kupu lah alasan saya belajar untuk lebih menghargai usaha orang sebelum memberikan penilaian. Sang kupu-kupu lah yang memberikan saya pelajaran, bahwa tidak ada yang instan dalam sebuah kehidupan.
Sang kupu-kupu ini dulunya hanya sebuah kepompong yang belum bisa memberikan apapun untuk kami dan semua yang menunggu kehadirannya. Sang kupu-kupu ini dulunya hanya sebuah ulat yang belum tahu rasanya menjadi sebuah bintang. Sang kupu-kupu ini yang dulunya hanya sebiah larva yang belum bisa apapun. Dan kini, ia telah berubah menjadi kupu-kupu.
Menjadi kupu-kupu yang bebas. Sang kupu-kupu telah terbang jauh dan bahkan ia juga ingin melintasi batas wilayah. Hal yang selama ini susah untuk dilakukan ketika masih ada di dalam sangkar. Kini, sang kupu-kupu bisa merasakan indahnya malam dan mengamati munculnya bulan purnama. Hal yang hampir mustahil untuk ia lakukan. Kini, sang kupu-kupu bisa bebas mendekati pejantan yang mungkin ia idam-idamkan. Hal yang tabu ketika ia masih ada di dalam sangkar. Mungkin ia lupa rasanya jatuh cinta itu seperti apa.
Dan kini, kami yang selama ini ada di belakangmu, yang selama ini memberikan seluruh dukungan hanya untukmu, dan kami yang selama ini memberikan kritikan pedas dan saran hanya untukmu harus bersiap memberikan karpet merah tanda penghormatan untukmu. Untukmu yang selama ini menjadi bagian hidup kami. Untukmu yang telah mempertemukan kami menjadi sebuah keluarga dengan berbagai entitas. Untukmu yang telah menggoreskan tinta perjuangan dalam buku perjalanan kami.
Maafkan kami yang tidak bisa memberikanmu hadiah yang indah di akhir perjalananmu. Maafkan kami yang memberikanmu sebuah luka yang mungkin sampai saat ini kita semua belum bisa menghapusnya. Maafkan kami yang tidak bisa memberikan sebuah puncak tertinggi yang selama ini kita semua impikan. Maafkan kami kalau kami selama ini terlalu keras. Maafkan kami tidak bisa membuatmu tersenyum di atas panggung yang selama ini kita semua inginkan. Maafkan kami, karena kami tidak bisa memberikan kenangan yang ondah di akhir perjalananmu.
Ini baru awal dari perjalanan mu, kupu-kupu.
Tetaplah menjadi kupu-kupu yang selama ini kami impikan. Tetaplah menjadi kupu-kupu yang cantik, menarik, dan bawel. Tetaplah menjadi kupu-kupu yang memiliki keinginan untuk menjadi yang terbaik. Dan Tetaplah Terbang Tinggi, Kupu-Kupu ku.



Sebuah tulisan perpisahan untuk Tata. Semoga kau menjadi lebih dewasa dibanding sebelumnya, my butterfly.

0 komentar:

Posting Komentar