Sabtu, 20 Juni 2015

Asam Manis Lemon

Sebuah Catatan Perjalanan Konser Lemon dan Project Giant Seifuku

Yg paling jauh dari kita adalah masa lalu. Ya, masa lalu menjadi hal yg susah untuk kita raih. Dan catatan ini adalah cara bagi saya, bukan untuk mengembalikan masa lalu. Setidaknya masa lalu bisa memberikan jalan yg indah bagi saya ke depannya lagi khususnya dan teman-teman sekalian.
Cerita ini adalah sebuah catatan perjalanan saya pribadi ketika yg awalnya "dipaksa" datang dan akhirnya menerima itu dan menjadi enjoy. Maha dahsyat tuhan yg bisa dg mudah merubah hati dan perasaan seseorang.
Perjalanan kali ini terasa spesial. Karena ada orang-orang hebat yg membantu saya untuk berangkat. Mungkin tanpa mereka, saya tak akan berangkat. Asli. Terimakasih atas bantuannya.
Perjalanan ini dimulai bahkan sebelum berangkat. Jadi dimulai ketika harus susah payah menjemput sebuah seifuku raksasa K3banggan teman2 Jatim (Malang, Kediri, Blitar, dan Gresik) hari selasa di rumah salah satu teman. Susah payah nya lagi adalah ternyata kita harus atur skenario packing yg ternyata susah. Tujuannya adalah biar ketika di Jakarta tinggal langsung pakai. Tapi susah. Jadi asal aja gitu packing nya.
Di hari rabu, badan tiba-tiba tepar. Kepala pusing dan meriang. Ada aja halangan. Demi K3 sih berangkat aja wes. Ya kan Tata ? :)
Apes nya adalah kamis pagi telat bangun dan harus cepet2an berangkat ke Stasiun. Kebetulan berangkat dari Surabaya jam 12 siang. Mandi jam 7 dalam posisi setengah sadar dan badan gemetaran sendiri. Ngalam adem sam.
Sampai Stasiun Gubeng 10 menit sebelum kereta berangkat. Edan. Mepet banget. Ah iya. Saya cuma bawa bendera yg kecil 4 meter. Yg 12X9 meter dibawa salah satu pasukan Nadilavatic asal Malang, Mas Galih. Tanpa Mas Galih, hancur sudah rencana.
Single Fighter di kereta dan seakan jadi obat nyamuk. Duduk 2-2 dan di depan ada orang pacaran. Harusnya FPI bikin petisi agar dilarang pacaran di dalam kereta. Kasihan kaum jomblo seperti saya. Jangan di bayangkan rasanya seperti apa. Sakitnya seperti ketemu mantan calon gebetan udah jadian sama yg lain.
Sampai di Pasar Senen jam 02.00 WIB di hari jumat. Bray, jam 2 pagi dan saya sendirian di sana. Takutnya ada yg nyulik. Nanti Tata kangen lalu sedih lalu nangis lalu. Ah, hanya angin lalu.
Karena banyak yg tidur di depan mushola, saya pun memutuskan untuk join tidur. Bedanya, yg lain tidur beralaskan koran bekas, saya tidur beralaskan koran yg atasnya bendera K3 yg saya bawa dari Malang ukuran 4 meter. Biar dah dikira wota. Ngantuk bray.
Agak siang an harus nunggu Galih, sang Nadila Defender yg bertugas bawa seifuku besar. Bayangkan, saya di stasiun mulai jam 2 pagi sampai jam 10 siang. 8 jam. Udah kayak setengah perjalanan Jakarta-Malang njir. Jemputan datang jam 11 siang. Dijemput Nadilavatic. Ada presiden berjenggot nya Nadilavatic, Towi, ada Anggi dari K3 United, ada Adit dari Nadilavatic dan satu lagi gak tahu nama. But, thank you sudah dijemput. Dari stasiun langsung cus ke venue di Kelapa Gading. Dan baru kali ini saya naik mobil di jalanan ibukota. Biasanya busway, angkot, dan taxi. Hahaha. Dan baru itu juga tahu bentuknya MOI, Mall of Indonesia. Itu Mall atau museum. Bagus gede banget lagi. Dan baru tahu juga kalau tempat nya konser di kandang nya Satria Muda Britama alias di Mahaka Sport alias Britama Arena alias bagus njir.
Disana yg dilakukan adalah cepak-cepak bendera. Berdasarkan instruksi dari salah satu teman. Karena ternyata diluar venue rame orang, makanya kita memutuskan hanya membuka bendera yg ukurannya Cuma 4 meter. Kalau yang 12 meter, bisa jalanan ketutup.
Pulang dari venue, ke FX duls gan. Biasa, naque FX. Di FX ternyata ada yang cepak-cepak. Di situlah saya ketemu Ordo Ndlvtc cem Tama, Ido, Luthfi, sama ada beberapa yang lain yang saya tak tahu siapa dia alias asing banget. Untung ada tempat yang namanya sofa dan bisa sekedar melepas penat alias ngantuk pak.
Balik dari Mall 2 huruf sekitar jam 11 malam dan kita berdua sama Thowi (jangan dibayangkan mesra nya di libom) jalan ke rumah si Haical. Clan Sinkadorable. Jauh banget. Jam 1 baru sampai di rumah Haical. Harus cepat tidur, karena besok perjalanan jauh alias jam 6 janji kita berangkat. Dan jam 8 ketemu sama yang lain di mall 2 huruf (lagi). Dan bingo. Kita bangun jam 7. Berangkat jam 8 dan sampai di mall 2 huruf jam 10 an. Hahaha. Buru-buru bernagkat ke venue karena eh karena ada tugas negara yang belum kita selesaikan.
Di venue yang panas banget gila, clan matahari sudah bersiap semua. Atas perintah yang lain, bendera 12 meter digeber di atas lapangan basket. Ga usah kaget kalau besarnya bendera hampir menutupi semua sisi lapangan basket.
Singkat cerita, masuk ke venue. Sebelum masuk venue, ada sesi doa bersama demi kesuksesan semua project konser dari Aliansi Matahari. Dari sinilah saya yakin kalau “militansi” teman-teman di daerah jauh lebih edan dibanding yang di pusat. Dengan jumlah aliansi matahari yang tak terlalu banyak, rasa optimisme saya untuk gagal kembali muncul. Masa iya, ini bendera bisa digeber dengan jumlah pasukan yang dikit banget. Asli ya, di tribun atas Cuma ada sekitar 7.8 orang. Itupun kita tanpa simulasi di dalam venue. Dikira member doang yang bisa gladi resik. Kita juga dong. Di tribun bawah dan VIP pun ga sebanyak ketika konser di Malang. Nyali mulai menciut. Jelas, karena ini bukan daerah yang “ramah” bagi mereka yang ingin membuat sebuah project. Gagal, itu yang ada di benak saya.
Dan kali ini, saya ucapkan ribuan terimakasih untuk teman-teman di tribun atas yang kalau gak salah itu dari fanbase Shafa. Terimakasih. Mungkin tanpa kalian, project ini tidak akan pernah berhasil.
Masalah muncul ketika kita harus bawa stik pancing ke venue. Dengan sedikit diplomasi negosiasi alias bersilat lidah, mengelabui petugas keamanan dengan sedikit omongan, itu bisa masuk. Sialnya, di venue tak bisa dipakai. Apa sialnya Cuma sampai disitu ? Tidak.
Di dalam venue, ternyata jauh diluar dugaan kita. Di setiap sisi pagar, ada lampu sorot. Beda dengan kondisi di Malang dulu. Anehnya, kondisi di dalam venue, gelap banget. Dan saya yakin bendera yang di kibarkan, tidak terlihat. Masalah seifuku, skenario awal kita adalah mengibarkan seifuku persis yang dilakukan ketika konser di Malang. Tapi dengan kondisi pagar yang penuh lampu dan resiku lampu akan jatuh plus yang kita takutkan adalah kondisi kain yang rentan sobek. Ya, mau gak mau, kita rubah skenario saat itu juga.
Plan B kita adalah mengibarkan bendera seperti bendera di stadion. Jadi, seifuku dikibarkan di tribun. Kecewa sih. Tapi itu jalan terakhir daripada tidak sama sekali.
Mau gak mau 7-8 orang yang di tribun atas harus capek-capek sendiri mengibarkan seifuku besar. Bahkan 2 diantaranya adalah cewek. Agak gimana gitu rasanya. Bukan apa-apa, ga enak hati kalau harus meminta tolong ke mereka berdua. Untungnya mereka membantu tanpa saya minta tolong. Salut.
Skenario lain yang kita rencanakan adalah mengibarkan seifuku ketika encore sampai MC Encore. Tapi dirubah sedemikian cepatnya dan baru di kibarkan ketika lagu Korogaru. Lagu kebangsaan K3.
Segala perubahan skenario terpaksa dilakukan karena kondisi di dalam venue yang tidak bisa ditebak dan kita sama sekali tidak tahu rencana apa yang di jalankan oleh manajemen. Beda cerita ketika di Malang, kita sudah tahu rencana mereka sejak sehari sebelum konser. Tata letak panggung, kondisi tribun, dll. Untungnya, teman-teman semua sigap meskipun agak panik. Wajar. Mungkin bagi mereka, project ketika konser baru kali ini dan perubahan skenario juga baru kali ini terjadi dan harus dirubah secepat mungkin.
Terakhir dari saya, saya meminta maaf kepada semua pihak yang ,merasa dirugikan dengan adanya project giant seifuku. Maaf apabila kami mengganggu kenyamanan kalian semua. Semata-mata kami lakukan demi idola kami. Tanpa ada rasa ingin menjadikan kami lebih dikenal.
Kedua, saya meminta maaf kepada teman-teman saya, Clan Skyleng asuhan Ustadz Bhir dan murid-muridnya apabila saya merusak rencana dan merubah agenda teman-teman semua. Kemarin terjadi begitu cepat dan saya tidak bisa melakukan apapun.
Saya juga mengucapkan terimakasih atas izin teman-teman di Jatim, sang pemilik Giant Seifuku (Kediri, Malang, Blitar, dan Gresik) agar saya bisa bawa Giant Seifuku ke Jakarta (lagi). Kedua, untuk yang sudah saya repotkan dalam project ini. Khususnya Pandu dan Galih (Clan Ndlvtc).
Terimakasih juga untuk tumpangan mobil dan jemputannya, Tantowi Jauhari, Ksatria Berjenggot, btw jenggot kita sama. Dan tumpangan tidurnya, Mas Haical. Tanpa kalian, sudah jadi bubur kali saya disana.
Terimakasih juga untuk seluruh punggawa Aliansi Matahari dan K3 United yang meyakinkan saya untuk berani mengibarkan Giant Seifuku di Jakarta. Kalian hebat. Meskipun banyak yang tidak suka dengan kalian, tapi kalian tetap berjuang demi idola kalian. Khusus untuk teman-teman Shafa Oshi. Kalian luar biasa.
Dan saya masih menyayangkan masih adanya “penumpang gelap” disana. Semoga lain kali tidak ada lagi penumpang gelap dan semua menjadi penumpang yang baik.

Maaf apabila tulisan ini menyakiti hati siapapun yang membaca. Terima Kasih.


Berikut dokumentasi foto 



0 komentar:

Posting Komentar