Sebuah Catatan Perjalanan Konser Lemon dan Project Giant Seifuku
Yg paling jauh dari kita adalah masa lalu. Ya, masa
lalu menjadi hal yg susah untuk kita raih. Dan catatan ini adalah cara bagi saya,
bukan untuk mengembalikan masa lalu. Setidaknya masa lalu bisa memberikan jalan
yg indah bagi saya ke depannya lagi khususnya dan teman-teman sekalian.
Cerita ini adalah sebuah catatan perjalanan saya pribadi
ketika yg awalnya "dipaksa" datang dan akhirnya menerima itu dan
menjadi enjoy. Maha dahsyat tuhan yg bisa dg mudah merubah hati dan perasaan
seseorang.
Perjalanan kali ini terasa spesial. Karena ada
orang-orang hebat yg membantu saya untuk berangkat. Mungkin tanpa mereka, saya
tak akan berangkat. Asli. Terimakasih atas bantuannya.
Perjalanan ini dimulai bahkan sebelum berangkat. Jadi
dimulai ketika harus susah payah menjemput sebuah seifuku raksasa K3banggan
teman2 Jatim (Malang, Kediri, Blitar, dan Gresik) hari selasa di rumah salah
satu teman. Susah payah nya lagi adalah ternyata kita harus atur skenario packing
yg ternyata susah. Tujuannya adalah biar ketika di Jakarta tinggal langsung
pakai. Tapi susah. Jadi asal aja gitu packing nya.
Di hari rabu, badan tiba-tiba tepar. Kepala pusing dan
meriang. Ada aja halangan. Demi K3 sih berangkat aja wes. Ya kan Tata ? :)
Apes nya adalah kamis pagi telat bangun dan harus cepet2an
berangkat ke Stasiun. Kebetulan berangkat dari Surabaya jam 12 siang. Mandi jam
7 dalam posisi setengah sadar dan badan gemetaran sendiri. Ngalam adem sam.
Sampai Stasiun Gubeng 10 menit sebelum kereta
berangkat. Edan. Mepet banget. Ah iya. Saya cuma bawa bendera yg kecil 4 meter.
Yg 12X9 meter dibawa salah satu pasukan Nadilavatic asal Malang, Mas Galih. Tanpa
Mas Galih, hancur sudah rencana.
Single Fighter di kereta dan seakan jadi obat nyamuk.
Duduk 2-2 dan di depan ada orang pacaran. Harusnya FPI bikin petisi agar
dilarang pacaran di dalam kereta. Kasihan kaum jomblo seperti saya. Jangan di bayangkan
rasanya seperti apa. Sakitnya seperti ketemu mantan calon gebetan udah jadian
sama yg lain.
Sampai di Pasar Senen jam 02.00 WIB di hari jumat.
Bray, jam 2 pagi dan saya sendirian di sana. Takutnya ada yg nyulik. Nanti Tata
kangen lalu sedih lalu nangis lalu. Ah, hanya angin lalu.
Karena banyak yg tidur di depan mushola, saya pun memutuskan
untuk join tidur. Bedanya, yg lain tidur beralaskan koran bekas, saya tidur
beralaskan koran yg atasnya bendera K3 yg saya bawa dari Malang ukuran 4 meter.
Biar dah dikira wota. Ngantuk bray.
Agak siang an harus nunggu Galih, sang Nadila Defender
yg bertugas bawa seifuku besar. Bayangkan, saya di stasiun mulai jam 2 pagi
sampai jam 10 siang. 8 jam. Udah kayak setengah perjalanan Jakarta-Malang njir.
Jemputan datang jam 11 siang. Dijemput Nadilavatic. Ada presiden berjenggot nya
Nadilavatic, Towi, ada Anggi dari K3 United, ada Adit dari Nadilavatic dan satu
lagi gak tahu nama. But, thank you sudah dijemput. Dari stasiun langsung cus ke
venue di Kelapa Gading. Dan baru kali ini saya naik mobil di jalanan ibukota.
Biasanya busway, angkot, dan taxi. Hahaha. Dan baru itu juga tahu bentuknya MOI,
Mall of Indonesia. Itu Mall atau museum. Bagus gede banget lagi. Dan baru tahu
juga kalau tempat nya konser di kandang nya Satria Muda Britama alias di Mahaka
Sport alias Britama Arena alias bagus njir.
Disana yg dilakukan adalah cepak-cepak bendera. Berdasarkan
instruksi dari salah satu teman. Karena ternyata diluar venue rame orang, makanya
kita memutuskan hanya membuka bendera yg ukurannya Cuma 4 meter. Kalau yang 12
meter, bisa jalanan ketutup.
Pulang dari venue, ke FX duls gan. Biasa,
naque FX. Di FX ternyata ada yang cepak-cepak. Di situlah saya ketemu Ordo
Ndlvtc cem Tama, Ido, Luthfi, sama ada beberapa yang lain yang saya tak tahu
siapa dia alias asing banget. Untung ada tempat yang namanya sofa dan bisa
sekedar melepas penat alias ngantuk pak.
Balik dari Mall 2 huruf sekitar jam 11
malam dan kita berdua sama Thowi (jangan dibayangkan mesra nya di libom) jalan
ke rumah si Haical. Clan Sinkadorable. Jauh banget. Jam 1 baru sampai di rumah Haical.
Harus cepat tidur, karena besok perjalanan jauh alias jam 6 janji kita
berangkat. Dan jam 8 ketemu sama yang lain di mall 2 huruf (lagi). Dan bingo. Kita
bangun jam 7. Berangkat jam 8 dan sampai di mall 2 huruf jam 10 an. Hahaha. Buru-buru
bernagkat ke venue karena eh karena ada tugas negara yang belum kita
selesaikan.
Di venue yang panas banget gila, clan
matahari sudah bersiap semua. Atas perintah yang lain, bendera 12 meter digeber
di atas lapangan basket. Ga usah kaget kalau besarnya bendera hampir menutupi
semua sisi lapangan basket.
Singkat cerita, masuk ke venue. Sebelum masuk
venue, ada sesi doa bersama demi kesuksesan semua project konser dari Aliansi
Matahari. Dari sinilah saya yakin kalau “militansi” teman-teman di daerah jauh
lebih edan dibanding yang di pusat. Dengan jumlah aliansi matahari yang tak
terlalu banyak, rasa optimisme saya untuk gagal kembali muncul. Masa iya, ini
bendera bisa digeber dengan jumlah pasukan yang dikit banget. Asli ya, di
tribun atas Cuma ada sekitar 7.8 orang. Itupun kita tanpa simulasi di dalam
venue. Dikira member doang yang bisa gladi resik. Kita juga dong. Di tribun
bawah dan VIP pun ga sebanyak ketika konser di Malang. Nyali mulai menciut. Jelas,
karena ini bukan daerah yang “ramah” bagi mereka yang ingin membuat sebuah
project. Gagal, itu yang ada di benak saya.
Dan kali ini, saya ucapkan ribuan
terimakasih untuk teman-teman di tribun atas yang kalau gak salah itu dari
fanbase Shafa. Terimakasih. Mungkin tanpa kalian, project ini tidak akan pernah
berhasil.
Masalah muncul ketika kita harus bawa stik pancing ke venue. Dengan sedikit
diplomasi negosiasi alias bersilat lidah, mengelabui petugas keamanan dengan
sedikit omongan, itu bisa masuk. Sialnya, di venue tak bisa dipakai. Apa sialnya
Cuma sampai disitu ? Tidak.
Di dalam venue, ternyata jauh diluar
dugaan kita. Di setiap sisi pagar, ada lampu sorot. Beda dengan kondisi di
Malang dulu. Anehnya, kondisi di dalam venue, gelap banget. Dan saya yakin
bendera yang di kibarkan, tidak terlihat. Masalah seifuku, skenario awal kita
adalah mengibarkan seifuku persis yang dilakukan ketika konser di Malang. Tapi dengan
kondisi pagar yang penuh lampu dan resiku lampu akan jatuh plus yang kita
takutkan adalah kondisi kain yang rentan sobek. Ya, mau gak mau, kita rubah
skenario saat itu juga.
Plan B kita adalah mengibarkan bendera
seperti bendera di stadion. Jadi, seifuku dikibarkan di tribun. Kecewa sih. Tapi
itu jalan terakhir daripada tidak sama sekali.
Mau gak mau 7-8 orang yang di tribun
atas harus capek-capek sendiri mengibarkan seifuku besar. Bahkan 2 diantaranya
adalah cewek. Agak gimana gitu rasanya. Bukan apa-apa, ga enak hati kalau harus
meminta tolong ke mereka berdua. Untungnya mereka membantu tanpa saya minta
tolong. Salut.
Skenario lain yang kita rencanakan
adalah mengibarkan seifuku ketika encore sampai MC Encore. Tapi dirubah
sedemikian cepatnya dan baru di kibarkan ketika lagu Korogaru. Lagu kebangsaan
K3.
Segala perubahan skenario terpaksa
dilakukan karena kondisi di dalam venue yang tidak bisa ditebak dan kita sama
sekali tidak tahu rencana apa yang di jalankan oleh manajemen. Beda cerita
ketika di Malang, kita sudah tahu rencana mereka sejak sehari sebelum konser. Tata
letak panggung, kondisi tribun, dll. Untungnya, teman-teman semua sigap
meskipun agak panik. Wajar. Mungkin bagi mereka, project ketika konser baru
kali ini dan perubahan skenario juga baru kali ini terjadi dan harus dirubah
secepat mungkin.
Terakhir dari saya, saya meminta maaf
kepada semua pihak yang ,merasa dirugikan dengan adanya project giant seifuku. Maaf
apabila kami mengganggu kenyamanan kalian semua. Semata-mata kami lakukan demi
idola kami. Tanpa ada rasa ingin menjadikan kami lebih dikenal.
Kedua, saya meminta maaf kepada
teman-teman saya, Clan Skyleng asuhan Ustadz Bhir dan murid-muridnya apabila
saya merusak rencana dan merubah agenda teman-teman semua. Kemarin terjadi
begitu cepat dan saya tidak bisa melakukan apapun.
Saya juga mengucapkan terimakasih atas
izin teman-teman di Jatim, sang pemilik Giant Seifuku (Kediri, Malang, Blitar,
dan Gresik) agar saya bisa bawa Giant Seifuku ke Jakarta (lagi). Kedua, untuk
yang sudah saya repotkan dalam project ini. Khususnya Pandu dan Galih (Clan
Ndlvtc).
Terimakasih juga untuk tumpangan mobil
dan jemputannya, Tantowi Jauhari, Ksatria Berjenggot, btw jenggot kita sama. Dan
tumpangan tidurnya, Mas Haical. Tanpa kalian, sudah jadi bubur kali saya
disana.
Terimakasih juga untuk seluruh punggawa
Aliansi Matahari dan K3 United yang meyakinkan saya untuk berani mengibarkan
Giant Seifuku di Jakarta. Kalian hebat. Meskipun banyak yang tidak suka dengan
kalian, tapi kalian tetap berjuang demi idola kalian. Khusus untuk teman-teman
Shafa Oshi. Kalian luar biasa.
Dan saya masih menyayangkan masih adanya
“penumpang gelap” disana. Semoga lain kali tidak ada lagi penumpang gelap dan
semua menjadi penumpang yang baik.
Maaf apabila tulisan ini menyakiti hati
siapapun yang membaca. Terima Kasih.
Berikut dokumentasi foto
0 komentar:
Posting Komentar