Minggu, 19 Juli 2015

Tetaplah Berdiri tegak, ThaliAlliance

Pepohonan di sekitaran pantai saat itu terlihat manja. Mereka berlenggak lenggok menyapa para wisatawan. Mereka menggoda para wisatawan agar mau sekedar duduk beristirahat di bawah pepohonan tersebut. Mereka dengan cara mereka sendiri melakukan tugasnya untuk menjaga ekosistem manusia dengan sumbangan gas oksigen. Katanya, manusia dan pohon itu satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Dari kejauhan, ada satu pohon yang berdiri tegak menantang ombak dan angin. Dia seakan tak punya urat takut. Pohon itu berdiri tegak seakan berkata, “Kesinilah wahai ombak dan angin, aku tak takut.” Mungkin bagi dirinya yang menakutkan adalah dirinya sendiri. Saya jadi ingat petuah nenek, “Jangan berprilaku sombong. Karena nanti kamu akan mati dimakan kesombonganmu sendiri.”
Dan aku menganggap pohon tadi, yang berdiri menantang adalah pohon yang istimewa. Aku menemukan sejuknya udara ketika duduk di bawah pohon itu. Aku melihat indahnya pantai ketika aku duduk di bawah pohon itu. Dan aku merasa kecil tak sebanding dengan yang lainnya, juga ketika duduk dibawah pohon itu. Andai aku punya kehebatan dan mampu berbicara dengan pohon, mungkin aku akan mengatakan yang nenek sempat katakan padaku.
Tiga tahun yang lalu, sebuah bibit ditanam oleh segelintir orang. Bibit yang diharapkan mampu menjadi pelindung dan menjadi sumber dari segala kesejukan. Bibit yang nantinya akan menjadi sebuah pohon yang rimbun, indah, dan kokoh. Bibit yang sengaja disemaikan oleh para “petani” agar mampu memberikan manfaat untuk yang lain.
Bibit yang tiga tahun lalu tidak berguna dan tidak memberikan apapun bagi mereka yang datang di pantai, kini semakin besar. Semakin besar bukan berarti semakin bermakna dan bermanfaat dan membekas di dalam hati. Semakin besar bukan berarti menimbulkan efek kenyamanan bagi siapapun yang datang.
Pohon yang tiga tahun yang lalu hanya sebuah bibit yang hampir membusuk, kini telah menjadi sebuah pohon yang besar. Menjadi sebuah pohon yang rindang. Menjadi sebuah pohon yang mampu memberikan udara segar bagi siapapun wisatawan yang datang. Meksipun menjadi besar, rindang, dan mampu memberikan udara segar bagi wisatawan yang datang saja tak cukup untuk memberikan kenyamanan bagi mereka. Perlu satu elemen lagi. Yakni kokoh. Pohon haruslah kokoh agar tak gampang tertiup angin dan jatuh.
Pohon yang dari atas aku tulis adalah sebuah pohon yang tumbuh diantara puluhan pohon yang lain. Namanya ThaliAlliance. Sebuah pohon yang berumur tiga tahun. Sebuah pohon yang dulu hanya sebuah bibit yang hampir membusuk. Pohon yang saat ini sudah semakin membesar. Sebuah pohon yang saat ini sudah dikenal banyak orang.
Semakin tinggi sebuah pohon, maka semakin kencang pula angin berhembus. Katanya sih begitu. Tapi aku percaya akan itu. ThaliAlliance yang dulu hanya sebuah pohon kecil seakan nyaman tumbuh tanpa ada halangan. Baik itu dari ombak dan angin. Karena pohon di sekitar lebih besar dan kokoh.
Tapi sekarang, angin yang menabrak pohon sangatlah kencang. Seakan ditampar dengan angin yang berhembus terlalu kencang, pohon itu mulai adaptasi dengan lingkungan yang ada. Meskipun sampai saat ini, rasa nyaman yang selama ini di inginkan belumlah tercapai. Setidaknya, berusaha untuk menjadi lebih nyaman adalah hal yang paling baik.

Di umur yang menginjak ketiga tahun, pohon harus lebih berbenah. Jangan sampai terlena dan terguncang ketika ada angin kencang lain yang berhembus. Tapi aku percaya, bahwa pohon tersebut akan kuat melawan derasnya ombak dan kencangnya angin yang berhembus. Sambil harus menghilangkan rasa sombong. Tetaplah berdiri tegak, ThaliAlliance.

0 komentar:

Posting Komentar