“Arek-arek iku
lapo ngadek nyanyi.. Di bayar piro emang. Goblok.” – Anak-anak itu ngapain berdiri bernyanyi. Di bayar
berapa memang. Bodoh.
Sejenak saya tertegun setelah mendengar celetukan
orang belakang saya ketika lihat Gresik United bermain melawan Sriwijaya FC, 20
Agustus kemarin. Ada benarnya memang kata dia. Berdiri 90 menit dan hanya bisa
duduk selama 15 menit, yaitu ketika rehat babak pertama. Tak jarang mereka
harus ikut bernyanyi dan menggoyangkan tangannya mengikuti aba-aba dirigen yang
berdiri.
Mereka tidak di bayar layaknya para pendemo bayaran
yang akhir-akhir ini lagi jadi trending
topic. Mereka tidak di beri makan layaknya Panasbung atau pasukan nasi
bungkus. Kalau beruntung, mereka semua hanya mendapatkan air minum yang
jumlahnya tidak sesuai dengan jumlah yang berdiri dan bernyanyi. Artinya ke
legowo an antar mereka untuk berbagi lah yang paling penting dan di butuhkan. Air
minum itu di dapat ternyata dari patungan
kawan-kawan sendiri.
Mereka mengorbankan banyak hal ketika datang ke
dalam stadion. Tiket kelas ekonomi atau suporter di seluruh Indonesia sekitar
Rp. 10.000-Rp.30.000. Bahkan mereka juga mengeluarkan uang lebih untuk membeli aksesoris tambahan sebagai pelengkap. Mulai
dari kaos, syal, bendera, tongkat bendera, dan yang ekstrim flare.
Mereka juga mengorbankan waktu. Dalam sekali
pertandingan sepakbola, membutuhan sekitar 2 jam selama pertandingan
berlangsung. Di antara yang datang di stadion, mereka merelakan waktu kerja
nya, waktu istirahatnya, dan yang paling parah banyak yang bolos sekolah dan
kuliah demi melihat tim kesayangannya ke stadion.
Untuk apa mereka melakukan itu ? Iseng saya tanya, “Demi
tim kesayangan, bos.” “Loh kan iki di gawe kuto kene. (Kan itu untuk kota kita)”
dan yang terakhir, “Cinta sama tim kesayangan, bro. Apapun di lakukan.” Wow
sebegitu banyak alasan yang di ungkapkan. Dan saya menyimpulkan alasannya
adalah cinta kepada tim kesayangan dan membela kota kelahiran.
Kadang, kalau sudah cinta apapun di lakukan. Lihat cerita
Romeo dan Juliet atau cerita-cerita di FTV di Indonesia. Kadang, cinta bisa
membuat kita bertindak bodoh. Tetapi bagi kita, tindakan yang di anggap bodoh
itu adalah tindakan yang wajar.
So, atas nama cinta mereka (suporter fanatik) rela
mengeluarkan uang berapapun, menghabiskan waktu selama apapun, dan menghabiskan
tenaga demi tim kesayangan.
“Saiki aku
ngenteni kowe, dino iki males nyambut gawe. GU FC ayo di belani. Arek Ultras,
mendem rame-rame.”
0 komentar:
Posting Komentar