Rabu, 20 Agustus 2014

Atas Nama Cinta

“Arek-arek iku lapo ngadek nyanyi.. Di bayar piro emang. Goblok.” – Anak-anak itu ngapain berdiri bernyanyi. Di bayar berapa memang. Bodoh.
Sejenak saya tertegun setelah mendengar celetukan orang belakang saya ketika lihat Gresik United bermain melawan Sriwijaya FC, 20 Agustus kemarin. Ada benarnya memang kata dia. Berdiri 90 menit dan hanya bisa duduk selama 15 menit, yaitu ketika rehat babak pertama. Tak jarang mereka harus ikut bernyanyi dan menggoyangkan tangannya mengikuti aba-aba dirigen yang berdiri.
Mereka tidak di bayar layaknya para pendemo bayaran yang akhir-akhir ini lagi jadi trending topic. Mereka tidak di beri makan layaknya Panasbung atau pasukan nasi bungkus. Kalau beruntung, mereka semua hanya mendapatkan air minum yang jumlahnya tidak sesuai dengan jumlah yang berdiri dan bernyanyi. Artinya ke legowo an antar mereka untuk berbagi lah yang paling penting dan di butuhkan. Air minum itu di dapat ternyata dari patungan kawan-kawan sendiri.
Mereka mengorbankan banyak hal ketika datang ke dalam stadion. Tiket kelas ekonomi atau suporter di seluruh Indonesia sekitar Rp. 10.000-Rp.30.000. Bahkan mereka juga mengeluarkan uang lebih untuk membeli aksesoris tambahan sebagai pelengkap. Mulai dari kaos, syal, bendera, tongkat bendera, dan yang ekstrim flare.
Mereka juga mengorbankan waktu. Dalam sekali pertandingan sepakbola, membutuhan sekitar 2 jam selama pertandingan berlangsung. Di antara yang datang di stadion, mereka merelakan waktu kerja nya, waktu istirahatnya, dan yang paling parah banyak yang bolos sekolah dan kuliah demi melihat tim kesayangannya ke stadion.
Untuk apa mereka melakukan itu ? Iseng saya tanya, “Demi tim kesayangan, bos.” “Loh kan iki di gawe kuto kene. (Kan itu untuk kota kita)” dan yang terakhir, “Cinta sama tim kesayangan, bro. Apapun di lakukan.” Wow sebegitu banyak alasan yang di ungkapkan. Dan saya menyimpulkan alasannya adalah cinta kepada tim kesayangan dan membela kota kelahiran.
Kadang, kalau sudah cinta apapun di lakukan. Lihat cerita Romeo dan Juliet atau cerita-cerita di FTV di Indonesia. Kadang, cinta bisa membuat kita bertindak bodoh. Tetapi bagi kita, tindakan yang di anggap bodoh itu adalah tindakan yang wajar.
So, atas nama cinta mereka (suporter fanatik) rela mengeluarkan uang berapapun, menghabiskan waktu selama apapun, dan menghabiskan tenaga demi tim kesayangan.

“Saiki aku ngenteni kowe, dino iki males nyambut gawe. GU FC ayo di belani. Arek Ultras, mendem rame-rame.”

0 komentar:

Posting Komentar