Mungkin sekilas tidak ada korelasi antara sepakbola
dan politik pengakuan. Karena memang kedua hal ini berada di ranah yang
berbeda. Politik yang selama ini identik dengan kondisi yang berada di dalam
pemerintahan dan negara. Apalagi jika di gabungkan dengan politik pengakuan.
Politik pengakuan sendiri secara teoritis berada di tataran sosial. Dari berbagai
sumber yang saya baca, saya simpulkan bahwa politik pengakuan adalah bentuk
cara yang dilakukan oleh negara ataupun social movement mendapatkan pengakuan
dari negara ataupun aktor lain. Yang akhirnya mereka melakukan berbagai cara
yang dinamakan “struggle for recognition”.
Lalu apa hubungannya dengan Sepakbola ? Jarak kedua
hal ini jauh sekali. Tapi ada ternyata.
Saya akan ajak anda semua untuk mengembalikan memori
kita 3 tahun yang lalu dan setahun yang lalu. 3 tahun yang lalu, yakni ketika
ada Pertandingan Uji Coba antara Indonesia dan Palestina yang terjadi 22
Agustus 2011 akhirnya di menangkan Indonesia dengan sor 4-1. Setahun yang lalu,
masih dengan Indonesia dan Palestina. Tetapi kali ini yang bertanding adalah
Timnas U-23 di turnamen International
Solidarity Games yang berlangsung di Palembang. Lalu, apa yang aneh dengan
semua itu ? wait, jangan justifikasi itu semua sebelum melihat ini.
Pertama, saat 2011 kondisi Palestina masih tidak
stabil. Maksudnya, saat itu Palestina keberadaannya masih belum di akui dunia
sebagai nation-state atau negara
bangsa, bahkan sampai sekarang. Dan nama Palestina di mata internasional adalah
West Bank atau Tepi Barat bukan
Palestina. Artinya, keberadaan Palestina belum di akui oleh dunia, baik secara de jure dan de facto.
Untuk mendapatkan pengakuan secara de facto dan de jure, Palestina harus mendapatkan itu semua dengan mendekati
negara-negara yang selama ini simpati dengan mereka. Seperti yang kita ketahui,
pengakuan secara de jure artinya pengakuan secara hukum di dunia internasional.
Dan pengakuan secara de facto, artinya pengakuan oleh NEGARA LAIN. Jika di
masukkan ke dalam politik pengakuan di paragraf atas, secara tidak langsung
Palestina sedang melakukan Struggle for
Recognition. Why ?
Karena, ketika sebuah negara melakukan kerjasama
ataupun menjalin hubungan dengan negara lain, artinya mereka telah mengakui
keberadaan negara itu. Untuk itulah, Gus Dur di kritik karena ingin melakukan
hubungan dagang dengan Israel, karena Indonesia tidak mengakui Israel sebagai
negara bangsa.
Lebih jelas lagi terlihat di tahun kemarin, dalam
turnamen International Solidarity Games
2013 di Palembang. Dari labil jelas terpampang, International Solidarity Games 2013. Pesertanya adalah seluruh
negara yang mayoritas islam. Indonesia, Maroko, Palestina, dan Turki adalah
beberapa negara yang ikut serta di turnamen ini. Struggle for recognition jelas terlihat dari Palestina. Secara tidak
langsung, Palestina “memanfaatkan” Indonesia dan negara-negara islam untuk
mendukung pengakuan terhadap entitas baru, Palestina.
Disini, saya tidak ingin ikut campur dalam urusan
Israel dan Palestina. Tetapi saya hanya mencoba mengaitkan antara sepakbola
dengan politik. Jika selama ini selalu identik dengan hal-hal yang sifatnya destructif, maka disini “football influence politics”.
Alief Maulana
@alipjanic
0 komentar:
Posting Komentar