Jumat, 20 Juni 2014

Struggle For Recognition and Football

Mungkin sekilas tidak ada korelasi antara sepakbola dan politik pengakuan. Karena memang kedua hal ini berada di ranah yang berbeda. Politik yang selama ini identik dengan kondisi yang berada di dalam pemerintahan dan negara. Apalagi jika di gabungkan dengan politik pengakuan. Politik pengakuan sendiri secara teoritis berada di tataran sosial. Dari berbagai sumber yang saya baca, saya simpulkan bahwa politik pengakuan adalah bentuk cara yang dilakukan oleh negara ataupun social movement mendapatkan pengakuan dari negara ataupun aktor lain. Yang akhirnya mereka melakukan berbagai cara yang dinamakan “struggle for recognition”.
Lalu apa hubungannya dengan Sepakbola ? Jarak kedua hal ini jauh sekali. Tapi ada ternyata.
Saya akan ajak anda semua untuk mengembalikan memori kita 3 tahun yang lalu dan setahun yang lalu. 3 tahun yang lalu, yakni ketika ada Pertandingan Uji Coba antara Indonesia dan Palestina yang terjadi 22 Agustus 2011 akhirnya di menangkan Indonesia dengan sor 4-1. Setahun yang lalu, masih dengan Indonesia dan Palestina. Tetapi kali ini yang bertanding adalah Timnas U-23 di turnamen International Solidarity Games yang berlangsung di Palembang. Lalu, apa yang aneh dengan semua itu ? wait, jangan justifikasi itu semua sebelum melihat ini.
Pertama, saat 2011 kondisi Palestina masih tidak stabil. Maksudnya, saat itu Palestina keberadaannya masih belum di akui dunia sebagai nation-state atau negara bangsa, bahkan sampai sekarang. Dan nama Palestina di mata internasional adalah West Bank atau Tepi Barat bukan Palestina. Artinya, keberadaan Palestina belum di akui oleh dunia, baik secara de jure dan de facto.
Untuk mendapatkan pengakuan secara de facto dan de jure, Palestina harus mendapatkan itu semua dengan mendekati negara-negara yang selama ini simpati dengan mereka. Seperti yang kita ketahui, pengakuan secara de jure artinya pengakuan secara hukum di dunia internasional. Dan pengakuan secara de facto, artinya pengakuan oleh NEGARA LAIN. Jika di masukkan ke dalam politik pengakuan di paragraf atas, secara tidak langsung Palestina sedang melakukan Struggle for Recognition. Why ?
Karena, ketika sebuah negara melakukan kerjasama ataupun menjalin hubungan dengan negara lain, artinya mereka telah mengakui keberadaan negara itu. Untuk itulah, Gus Dur di kritik karena ingin melakukan hubungan dagang dengan Israel, karena Indonesia tidak mengakui Israel sebagai negara bangsa.
Lebih jelas lagi terlihat di tahun kemarin, dalam turnamen International Solidarity Games 2013 di Palembang. Dari labil jelas terpampang, International Solidarity Games 2013. Pesertanya adalah seluruh negara yang mayoritas islam. Indonesia, Maroko, Palestina, dan Turki adalah beberapa negara yang ikut serta di turnamen ini. Struggle for recognition jelas terlihat dari Palestina. Secara tidak langsung, Palestina “memanfaatkan” Indonesia dan negara-negara islam untuk mendukung pengakuan terhadap entitas baru, Palestina.
Disini, saya tidak ingin ikut campur dalam urusan Israel dan Palestina. Tetapi saya hanya mencoba mengaitkan antara sepakbola dengan politik. Jika selama ini selalu identik dengan hal-hal yang sifatnya destructif, maka disini “football influence politics”.


Alief Maulana

@alipjanic

0 komentar:

Posting Komentar