Sabtu, 25 Januari 2014

Operating Desert Storm

Pada 2 Agustus 1990 terjadi invasi yang di lakukan oleh Iraq ke Kuwait.[1] Hal ini di karenakan Iraq ingin mengambil sumber daya yang ada di Kuwait, dimana sumber daya di Iraq menipis akibat perang saudara dengan Iran. Kekuatan Militer Kuwait saat itu kalah jauh dibanding Iraq. Hal ini di perparah dengan serangan dadakan yang dilakukan Iraq yang menyebabkan Kuwait takluk hanya dalam hitungan jam. Dan Iraq sempat menjadikan Kuwait sebagai provinsi ke 19.
Iraq berhasil menguasai seluruh Kuwait dan berada di bibir perbatasan Kuwait dengan Arab Saudi. Arab mulai kebingungan dan mulai memunculkan keinginan untuk menjaga diri. Memanfaatkan hubungan baik antara Kuwait dengan Amerika Serikat, akhirnya Kuwait meminta bantuan AS untuk mengusir Iraq dari Kuwait. Masalah ini mampu menjadi perbincangan dunia, karena UN meminta tolong ke Arab Saudi dan Mesir sebagai great powers di Timur Tengah. Oleh UN, Saddam Husein di panggil dan diharap untuk menghentikan invasi tersebut, tapi di tolak mentah-mentah. Hal ini membuat UN menghalalkan adanya intervensi dari negara lain untuk membebaskan Kuwait dari Iraq.
Desert Storm
Iraq yang merasa bahwa AS akan mempergunakan Arab Saudi sebagai salah satu benteng pertahanannya, bertindak cepat dengan  menempati perbatasan langsung dengan Arab Saudi. Dan AS melalui Pentagon, mengirimkan sinyal untuk menempati Saudi sebagai benteng mereka. Pemerintah AS yang diwakili oleh Dick Cheney dan Norman Schwarzkopf bertemu langsung dengan Raja Arab, King Fahd. Pertemuan yang berlangsung singkat tersebut menyepakati bahwa AS akan menempati Arab Saudi untuk membendung Iraq. AS menyuruh pasukan keamanannya untuk standby.
"Soldiers, sailors, airmen and Marines of the United States Central Command, this morning at 03.00, we launched Operation DESERT STORM, an offensive campaign that will enforce the United Nation's resolutions that Iraq must cease its rape and pillage of its weaker neighbor and withdraw its forces from Kuwait. My confidence in you is total. Our cause is just! Now you must be the thunder and lightning of Desert Storm. May God be with you, your loved ones at home, and our Country."-  H. Norman Schwarzkopf, 16 January 1991[2]
Pernyataan langsung dari pemimpin keamanan AS saat itu. Besoknya atau 17 Januari 1991, 300 pesawat tempur AS sudah ada di Saudi. Selain itu, kapal perang, kapal penjelajah dan kapal pemburu sudah standby di Saudi. Dan perang pun di mulai pada tanggal 17 Januari 1991.[3] Operating Desert Storm atau Operasi Badai Gurun merupakan sebuah strategi yang di lakukan oleh pemerintah AS dengan membuat badai di gurun yang saat itu banyak di Iraq dengan cara menjatuhkan bom dan peluru di gurun.[4] Tujuannya untuk membuat badai gurun yang besar. Pertahanan Iraq di buat kaget dan di saat itulah, pasukan darat AS masuk dari dalam. Kekuatan AS memang terletak dalam pasukan udaranya. Mereka hanya menggunakan sedikit sekali pasukan darat dibanding udara.[5] Selain itu, militer AS merusak pusat radar dari Iraq. Pasukan darat masuk dan melumpuhkan pusat kota Iraq. AS berhasil merebut daerah-daerah yang sebelumnya di kuasai oleh Iraq.
Pada 24 Februari di tahun yang sama, perang yang lebih terbuka dimulai. Terjadi perang terbuka selama 100 jam. Hingga akhirnya pada 27 Februari AS menyatakan Kuwait telah bebas dari Iraq.[6] Tetapi Iraq berhasil mengambil jutaan dolar dari Kuwait dan membom pangkalan minyak Kuwait. Dan akhirnya Desert Storm berakhir dan Kuwait kembali bebas. Dan pada 7 Juni di tahun yang sama, PBB berpendapat bahwa pengungsi Kurdi merupakan tanggung jawab PBB.

0 komentar:

Posting Komentar