Jumat, 04 Juli 2014

Ratu Terindahku

Senja mulai berganti malam. Saat itu pula dingin mulai menyapa. Sapaan sang dingin begitu terasa sampai menusuk tulang lunak di lubuk hati. Sebatang rokok surya menemani kesendirian ku. Sekedar untuk menghangatkan tubuh yang mulai menggigil.
Benar kata orang, saat rindu tubuh seakan menjadi dingin menggigil. Otak seperti memberikan pesan ke seluruh organ tubuh yang lain agar menangkis semua udara panas yang ingin masuk ke tubuh.
Sejatinya, aku tak sendiri. Ada sejuta kenangan yang selalu menemani. Kenangan yang menjadi obat penawar luka sekaligus menjadi garam penambah rasa perih di luka. Bak pisau bermata dua, kenangan itu hadir dan muncul seakan-akan dia enggan untuk memilih menjadi obat penawar luka. Kenangan yang sejatinya menjadikan hidup menjadi lebih indah. Malah menjadikan hidupku menjadi lebih buruk dari yang di bayangkan.
Namaku Heru. Jangan tanya umur. Bagiku, umur tidak lah penting. Tetapi jadi sebuah petaka bagi siapa saja yang memaksaku untuk menjawab berapa umurku. Kawat gigi yang di pakai di gigi pun bisa ku pindah ke mata kalau ada yang berani tanya umur. Sensitif kayak cewek yang lagi dapat tamu yang tak di undang. Bukan tamu dari petugas bank yang mau nagih duit kartu kredit. Tamu yang ini lebih kejam dari itu. Bisa bikin tingkat kemarahan cewek naik seratus kali lipat. Bahaya tingkat dewa.
Tapi memang jangan tanya berapa umurku. Kalau tak mau lesung pipimu jadi cembung.
Mungkin bagi Pak Mario Teguh, hidup itu semudah membalikkan telapak tangan. Tapi bagi saya, tak semudah itu. Bagi saya, hidup itu seperti membalikkan kaki gajah. Meskipun tak selamanya hidup itu kita persulit sendiri.
Dan cinta, bagi saya adalah sebuah anugerah. Tapi itu dulu. Iya sebelum aku merasakan bahwa cinta memiliki 2 fungsi. Menyejukkan dan mematikan. Tergantung siapa yang kita ajak bercinta. Beruntung ketika kita mencintai cewek yang bisa mengerti kita apa adanya. Bukan meminta semau dia dan harus ada pokoknya. Itu beda.
Dan 2 fungsi dari cinta itu sudah saya alami semuanya. Mematikan dan menyejukkan. Bahkan saya memunculkan teori baru. Bahwa fungsi cinta tak hanya itu. Tak hanya mematikan dan menyejukkan. Tetapi ada fungsi lain. Dan ini sudah saya buktikan sendiri. Tetapi saya belum menemukan nama yang pas untuk fungsi cinta ini.
Lebih dari menyejukkan. Iya, lebih dari ini. Dan ini saya rasakan ketika saya memberikan cinta saya teruntuk satu nama. Satu nama yang saya cinta. Namanya Ratu. Ratu Dini Fitria nama panjangnya. Dia adalah makhluk tuhan paling cantik yang pernah saya temui setelah nenek dan ibu saya. Kecantikannya bahkan melebihi Wulan Guritno ataupun Chelsea Islan.
Dengan wajah pribumi yang khas. Dengan bibir kecil tipis dan pipi yang chubby bak bakpo telo, betapa bahagianya saya memiliki cinta dari sang Ratu. Dan yang paling saya suka dari Ratu adalah sifatnya yang dewasa. Bukan sok dewasa layaknya artis cilik yang sedang merasakan cinta monyet. Tetapi Ratu ini beda. Dia bisa bersikap layaknya Ratu Elizabeth. Anggun sekali.
Teman-teman saya bahkan tidak ada yang percaya saya bisa merebut hati sang Ratu. Ya karena yang balapan ngejar si Ratu banyak. Mulai dari si Aldi yang punya sejuta pesona di dompetnya. Si Atra anak Bandung yang pintar. Lalu kenapa dia pilih saya ? Yang notabene tidak punya keunggulan apapun. Oh wait, katanya sih si Ratu suka cowok yang dewasa. It’s me. Really, it’s me.
Awal perkenalanku dengan Ratu ketika di mall. Secara tidak sengaja saya menabrak Ratu yang sedang belanja di pakaian cewek. Dan saya sedang jalan sama teman cewek saya. Teman cewek saya yang belagak cowok alias tomboy. Dan saya sedang berusaha mengembalikan teman saya ke titahnya sebagai cewek tulen alias biar gak tomboy lagi.
Setelah kejadian itu, secara tidak sengaja saya dan Ratu sering ketemu di mall yang sama. Bukan di toko yang sama sih. Dan saya beranikan diri untuk berkenalan dengan si Ratu. Dengan malu-malu, saya mulai ajak Ratu berkenalan. Jangan tanya ekspresi muka saya waktu itu. Merah maroon bagaikan warna jersey sepakbola AS Roma. Klub sepakbola terbaik di dunia akhirat.
“Eh, ini yang kemarin ketemu di FX bukan ? Kita pernah ketemu kan ?” Tanyaku ke si Ratu. Sok basa basi dan ga tau malu. Untung saya punya 2 sifat itu. Jadi bisa mudah kenal dengan siapapun, cowok cewek dan setengah cowok setengah cewek.
“Hmm, kita pernah ketemu kah ? Ratu lupa nih heheh.” Jawab Ratu sambil tertawa kecil. Aduh dek, abang ga kuat liat kamu ketawa. Tak makan nanti kamu dek. Tak kunyah bibirmu tak perkedel nanti. “Iya kita pernah kita di toko ***** (menyebutkan toko tertentu). Yang aku sama temen cewekku yang setengah cowok alias ga jelas itu lho.” Balasku dengan sedikit senyum. Sorry ya Yuv, aku bilang kamu ga jelas. Tapi memang sih, si Yuvi ga jelas cowok atau cewek. “Oh iya, Ratu ingat. Tapi agak-agak lupa juga sih. Aku Ratu, kak. Heheh.” “Oh, namanya Ratu ya. Kalau gitu, aku Raja ny deh. Biar seimbang alias cocok banget kan.” Celetuk ku dan di balas dengan ketawa nya si Ratu, kampreeet keceplosan, kataku dalam hati.
Disitu lah awal pertemuan laknat tapi asyik saya dengan si Ratu. Tak lupa saya minta pin bbm, nomer hp, id line, pokoknya biar saya bisa kenal lebih lanjut dengan si Ratu. Yang ternyata dia satu kampus dengan saya di *** (menyebutkan salah satu kampus negeri di jakarta).
Hubungan saya dengan si Ratu semakin akrab, kita sering jalan bareng ke kampus. Dia anak pertama dari dua bersaudara, dan adiknya cowok. Namanya Angga. Kata si Ratu, Angga anaknya baik meskipun sering minjem duit. Padahal uang jajannya udah banyak. Boros kata si Ratu.
Sampai akhirnya saya jadian dengan si Ratu. Bagaikan ketiban durian montong nan seksi yang jatuh dari pohon, senang rasanya. Ambil nyawaku tuhan ambil nyawaku, asal kau ambil nyawaku bersama si Ratu. Aku rela tuhan aku rela. Hidupku dengan su Ratu seperti perangko dan surat. Atau seperti bola dan sepatu bola. Hmm seperti mulut dengan gigi. Selalu bersama alias tidak bisa di pisahkan.

Lalu alarm berbunyi. Saya pun terbangun dari mimpi indah tersebut, “Oh, jadi itu Cuma mimpi. Sang Ratu yang saya inginkan ternyata Cuma ada di mimpi. Semoga mimpi itu segera terwujud di dunia nyata ataupun minimal, saya mimpi yang sama lah ya.”

0 komentar:

Posting Komentar