Semangat itu kembali membara. Gairah yang sempat
meredup, akhirnya kembali terang. Layaknya kehidupan di kerajaan langit. Dimana
matahari yang menjadi pusat perhatian. Matahari yang menjadi penguasa langit. Matahari
tahu saat yang tepat bagi dia untuk menunjukkkan sinarnya. Dan matahari tahu
kapan waktu dia memberikan ruang bagi bulan dan bintang untuk bermesraan
berdua.
Saat ini bisa dikatakan adalah saat yang tepat bagi
semua yang merasa memiliki Gresik United dan semua elemen di dalamanya
(suporter) untuk menunjukkan sinarnya. Setelah sekian lama memberikan ruang
bagi kegagalan dan keterpurukan untuk bermesraan di dalam kerajaan yang di
pimpin Jaka Samudero sebagai Patih dan Maulana Malik Ibrahim sebagai raja. Persis
seperti pemerintahan dengan sistem parlementer.
Mungkin terlalu dini jika melihat ini saat yang tepat
untuk kembali bersinar. Kalau hanya berkaca dari satu gelaran Pra Musim yang “katanya”
milik arek jawa timur, Piala
Gubernur. Piala yang secara khusus di tujukan untuk tim-tim jawa timur. Itu normalnya.
Karena kondisi saat ini, sedang terjadi kejadian yang abnormal. Bagaimana klub
jawa timur sendiri enggan bertanding di Piala Gubernur yang (kembali) katanya milik
arek jawa timur. Dan akhirnya memilih
untuk bertanding di kompetisi pra musim yang lain. Karena hidup adalah pilihan,
maka itu terserah.
Sekitar 1000 an “pengawal” datang dan melakukan invasi
ke kota tetangga. Niatnya untuk mengawal pejuang kami yang sedang mencoba
membuat sang raja, patih, dan seluruh rakyatnya tersenyum. Setelah sekitar 13
tahun yang lalu, seisi kerajaan tersenyum bahagia. Tak kenal takut, layaknya
pasukan berani mati yang di miliki Densus 88 anti teror, perwakilan kerajaan
berangkat ke kerajaan sebelah. Meskipun sebagian besar pasukan pejuang adalah
rekrutan dari kerajaan lain, tapi kami tak pernah meragukan semangat mereka
yang juga ingin membuat seisi kerajaan tersenyum bahagia dan menangis terharu.
Sudah lama semangat rakyat dari kerajaan Gresik tak
sebesar ini. Bagaikan api, semangat mereka berkobar. Tak ada asap kalau tak ada
api. Karena selalu ada sebab dari sebuah akibat. Semangat yang besar tentu ada
sebab. Karena semangat ini hanyalah sebuah akibat yang tak mampu beridiri tanpa
ada pemicu yang biasa disebut sebab. Lalu penyebab yang tepat apa ? Karena
semangat para pejuang juga terkobar tinggi.
Lama sekali tak melihat pejuang menyalakan api dengan
sangat gagah berani. Tak kenal takut tak kenal rasa gentar. Meskipun di antara
kobaran api di sekitar dan diantara gemuruh perang yang tak semua pejuang bisa
bertahan. Dan mereka mampu bertahan. Dan kami tak akan membiarkan mereka
bertahan sendirian tanpa adanya dukungan. Dan masyarakat biasa yang tak bisa
berjuang di battlefield hanya mampu
menyaksikan mereka dari sebelah dan mencoba memadamkan api yang di percikkan
oleh lawan.
Panglima perang China mengenalkan adanya The Power of No Return. Bisa dikatakan
itu adalah strategi yang dicoba oleh sang panglima perang untuk membakar
semangat pejuangnya. Sata itu, pasukan China terdesak karena adanya pasukan
perang musuh. Jalan terakhir adalah berjuang dengan melawan pasukan musuh. Karena
kalaupun mereka mundur, mereka akan kalah. Untuk memompa semangat, sang
panglima membakar seluruh kapal perang dengan menyisakan satu kapal perang
saja. The power of no return.
Jika latar saat itu adalah di atas lautan, dan kapal
adalah sebagai objek utama dan pasukan perang sebagai subjek. Maka yang
dihadapi pasukan pejuang Kerajaan Gresik bukan itu. Latarnya adalah stadion
dengan kobaran api di semua 4 penjuru mata angin. Objek utama adalah sepakbola
dan para pejuang adalah subjek. Kita sudah berjalan sejauh ini, mundur akan
mati meskipun ketika maju ada kemungkinan untuk mati. Lalu yang dipilih hanya
satu, maju. Apapun resikonya. Untuk membantu pasukan yang akan bertanding,
masyarakat menyiapkan segala perlengkapan yang nantinya bisa membuat mereka
tidak merasa sendirian menghadapi lawan.
Gerakan itu mungkin tak sebesar dengan gerakan 13
tahun yang lalu. 13 tahun yang lalu ketika mereka (pejuang) mampu membuat raja,
patih, dan seluruh rakyat tersenyum bahagia dan bangga. Gerakan yang di ikuti
oleh puluhan ribu orang.
Memang, butuh waktu lama untuk mengembalikan semangat
dan gairah tersebut. 13 tahun setelah kejadian itu, aroma semangat 13 tahun
lalu kembali tercium. Ribuan orang RELA meninggalkan tanah asal mereka dan
menempuh jarak ratusan kilometer demi mengawal perjuangan para pasukan.
Hasil memang mengecewakan seluruh elemen Kerajaan.
Tapi kami yakin, para pendiri kerajaan ini merasakan kembali atmosfer
kebangkitan kerajaan kita yang sempat berada di dalam titik terendah. Kami yakin,
kekecewaan ini tidak akan berlangsung lama. Kami yakin, dalam setahun ke depan,
kerajaan kami akan kembali dipandang kerajaan-kerajaan lain sebagai salah satu
kerajaan yang disegani, seperti 13 tahun yang lalu.
Hal yang paling mudah di lakukan adalah Optimis.
Ketika optimisme dalam diri seluruh elemen hilang, maka perjuangan mereka akan
semakin berat dengan memikul ratusan ribu perasaan pesimis. Optimisme kami
masih ada dan masih akan terus ada. Semangat kami masih ada dan akan terus
berkembang. Api gairah kami masih menyala dan akan terus berkobar, sampai
menyentuh langit sekalipun. Agar matahari, sang penguasa kerajaan langit
merestui perjuangan kerajaan kami.
Tentang Pengorbanan Loyalitas Cinta dan Harga Diri
MUSUH KAMI HANYA RASA LELAH
0 komentar:
Posting Komentar