Saya mulai menyadari kalau ternyata tidak hanya
manusia dan makhluk hidup lainnya yang bertambah tua. Benda-benda mati pun
ternyata bisa menjadi semakin tua. Benda-benda mitos pun bisa semakin tua.
Semua tentang waktu. Waktu lah yang membuat dunia dan
seisinya menjadi semakin tua. Coba kalau tidak ada yang namanya waktu, maka
umur pun menjadi tidak lagi penting. Tidak ada lagi yang namanya sakit karena
umur.
Tapi tuhan menciptakan waktu. Entah tujuannya apa. Kalau
saya boleh menebak, mungkin waktu diciptakan agar kita tidak melupakan masa
lalu. Masa lalu kita yang bisa membentuk kita menjadi seperti sekarang. Masa lalu
yang bisa membuat kita berdiri tegak seperti ini. Masa lalu yang akan selalu
kita kenang.
Selain itu, kadang saya mikir, waktu ini ada agar kita
punya rencana untuk masa depan. Agar kita bisa memetakan apa yang akan kita
lakukan lima atau bahkan lima puluh tahun lagi. Hingga nantinya rencana yang
kita susun sebelumnya bisa terlaksana.
.......
Sepuluh tahun yang lalu, umur saya dua belas tahun. Saat
itu saya baru saja masuk SMP. Saya belum kenal yang namanya nakal. Saya masih
jadi anak rajin, suka menabung, dan suka mengaji (ini serius). Kecintaan saya
akan duniawi (wanita) belum lah tumbuh. Bahkan saya belum mengenal belahan
dunia lain yang mengajarkan tentang cinta dan kasih sayang. Apalagi melakukan
perzinahan. Tobatlah, naque.
Tapi dua tahun kemudia saya mulai mengenal duniawi. Saya
mulai mengenal yang namanya fanatisme. Meskipun setahun sebelumnya atau tepat
saya kelas 2 SMP, saya sudah sempat keliling kota demi sesuatu yang saya cinta.
(Red: Sepakbola)
Tepat ketika masuk kelas 3 SMP, saya dikenalkan oleh kawan
saya (sebut saja namanya Wan) dengan satu forum yaitu Romanisti Indonesia. FYI,
AS Roma adalah klub luar negeri pertama yang sudah menempel di hati. Bahkan saya
sudah di kontrak secara permanen untuk tetap setia pada AS Roma. Surat kontraknya
mungkin sudah ada di tangan tuhan. Jadi tidak ada yang bisa merevisi kontrak
antara saya, tuhan, dan AS Roma.
Kelas 3 SMP pula saya mulai mengenal jatuh cinta. Tapi
lupakan tentang cinta di era SMP. Tak enak di ungkapkan.
Tahun 2010 adalah saat-saat dimana saya dicekoki lagi
tentang fanatisme. Mulai fanatisme moderat sampai liberal masuk ke otak. Sampai
akhirnya tahun 2010 saya dan dua teman saya yang sudah sepuh mendirikan
Romanisti Indonesia Regional Gresik. Sebelum akhirnya berubah nama menjadi Roma
Club Indonesia Gresik.
Saya sempat dipanggil “anak nakal” karena sering
gonta-ganti id di forum. Maklum, kadang lupa id forum. Dan yang dulu pernah
panggil saya anak nakal, sekarang telah menjadi koordinator Roma Club Indonesia
Jawa Timur. Yap, Mas Ethe. Dia orangnya. Dan dia juga berperan mencekoki saya
tentang Romanisti.
........
Sepuluh tahun yang lalu dari tahun ini. Tahun 2005 di
bulan Agustus. Berawal dari dua kakak beradik. Saya menyebutnya Captain. Mas
Ario dan Bang Ricky. Melahirkan sebuah komunitas. Sebut saja namanya Romanisti
Indonesia yang sekarang ber metamorfosis menjadi Roma Club Indonesia
(Selanjutnya saya sebut dengan RCI). Komunitas Fans AS Roma pertama dan
terbesar di Indonesia. Komunitas yang diakui di negeri dimana AS Roma berada,
di Italy. Komunitas yang menjadi ibu sekaligus bapak bagi regional-regional di
hampir seluruh penjuru negeri. Komunitas yang sudah banyak makan asam garam
pahitnya putus cinta dan manisnya senyum mu.
Seperti layaknya seorang manusia, RCI tidak pernah
lepas dari masalah. Mungkin saya bukan generasi pertama dari RCI. Pun saya
bukanlah member yang rajin datang di setiap gelaran National Gathering. Dan saya pun bukanlah orang di balik suksesnya
RCI sampai seperti ini. Tapi setidaknya saya meyakini bahwa setiap komunitas
pasti ada permasalahan.
Dan RCI masih kuat. Permasalahan yang selama ini
menimpa RCI, mampu dilewati. Ancaman pemberontakan sampai pembelotan member
pernah dihadapi RCI. Member yang kadar “nakal” nya melebihi saya pun banyak. Apa
RCI pernah dicaci maki ? Jangan tanya pernah atau tidak. Karena pasti pernah. Tapi
apakah kalian sejenak bertanya, Bagaimana cara RCI melewati semua itu ? Saya
yakin bahwa masalah yang datang tak sebesar kekuatan dan kekompakan RCI itu
sendiri.
...........
Saat ini, sepuluh tahun sudah RCI meramaikan khazanah
komunitas sepakbola di Indonesia. Mungkin, RCI bukan satu-satunya komunitas
fans AS Roma di Indonesia. Diluar sana, ada banyak komunitas (lebih dari satu)
yang mengatasnamakan pecinta AS Roma. Tapi saya tidak akan menjabarkan
siapa-siapa nya. Yang pasti tidak hanya RCI. Tapi tahukah siapa yang terbesar ?
Tahukah siapa yang pertama ? Saya bisa jamin, jawaban semua itu hanya satu,
Roma Club Indonesia. Bahkan embrio dari komunitas diluar RCI ya berasal dari
RCI.
Di umur yang ke sepuluh ini, RCI belum mampu mencapai
level tertinggi. RCI baru memasuki tahapan tengah. RCI belum mencapai puncak. Dibandingkan
dengan komunitas yang lain, ada yang lebih bagus dari RCI. Saya jamin itu. Tapi,
percayalah bahwa tak ada tempat se nyaman di rumah sendiri. Jadikanlah RCI
sebagai rumah maka RCI akan menjadi tempat yang nyaman bagi kalian.
RCI akan tetap menjadi RCI. Saya pun mengharapkan
seperti itu. Banyak member yang pergi. Banyak pula member yang masuk. Dinamika kelompok
akan selalu seperti itu. Tapi yang penting adalah bahwa kita tidak memanfaatkan
RCI untuk bisa hidup. Tapi hidupilah RCI. Hidupkan RCI dengan kekuatan yang
kalian punya.
Selamat Ulang Tahun Roma Club Indonesia
Tanti Auguri Roma Club Indonesia
#10AnniRCI #10TahunRCI #RomaClubIndonesia
0 komentar:
Posting Komentar